JABAR MEMANGGIL— Ahli kriminologi dan kepolisian, Prof. Adrianus Eliasta Meliala, mengungkapkan bahwa banyak masalah masih terjadi di lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia, seperti kerusuhan, perkelahian, dan kelebihan kapasitas. Hal-hal ini menimbulkan citra buruk di masyarakat.
Sebagai pakar yang mendalami studi penjara, Prof. Adrianus kerap mengunjungi lapas dan rutan untuk memberi dukungan kepada petugas maupun warga binaan.
Baca juga: Pesta Rakyat Pernikahan Anak KDM Berujung Malapetaka, Tiga Meninggal Dunia
“Dengan izin dari pimpinan dan Ditjen Pemasyarakatan, saya sering mengunjungi lapas sebagai bagian dari studi saya tentang pemasyarakatan,” ujarnya saat berkunjung ke Lapas Kelas IIA Garut.
Menurutnya, Lapas Garut menunjukkan banyak inovasi yang patut diapresiasi. Di bawah kepemimpinan Kalapas Rusdedy, lapas ini memiliki berbagai program unik yang jarang ada di tempat lain.
Baca juga: Operasi Patuh Lodaya, Satlantas Polres Sumedang Lakukan Ngopi Bersama Komunitas Sopir Truk
Lapas Garut menjalankan program kemandirian warga binaan seperti pelatihan kopi, peternakan domba, budidaya lalat maggot, hingga kerajinan dari sabut kelapa yang sudah diekspor. Semua ini juga melibatkan pihak ketiga seperti koperasi lapas.
“Setelah saya lihat langsung, Lapas Garut sangat kaya inovasi. Program-programnya menjadikan lapas ini layak jadi contoh bagi lapas lain di Indonesia,” kata Prof. Adrianus.
Baca juga: Menteri Imipas, Tekankan Pembangunan Jejaring dan Kemandirian Ekonomi Warga Binaan
Ia mendorong agar Lapas Garut dijadikan barometer nasional dalam pengelolaan pemasyarakatan yang berbasis inovasi dan kemitraan. Ia juga berharap ada aturan yang mendukung kerja sama antara lapas dan pihak swasta, serta penghargaan bagi pengelola lapas yang berhasil membuat terobosan.
Di akhir kunjungan, Prof. Adrianus berharap semangat perubahan di Lapas Garut bisa menular ke lapas-lapas lain. Ia menekankan pentingnya kerja sama dan kesinambungan untuk menciptakan sistem pemasyarakatan yang lebih baik dan berdampak bagi masyarakat.
Editor : Yudi Irawan