JATENG MEMANGGIL- Upaya darurat yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Kendal bersama warga akhirnya membuahkan hasil. Tanggul Kali Bodri di sebelah utara Masjid Manarul Husna, Desa Kebonharjo, Kecamatan Patebon, yang sempat dilaporkan kritis, kini berhasil bertahan meski sempat diterjang limpasan air dengan debit tinggi.
Selama sepekan terakhir, petugas dan warga berjibaku memasang trucuk bambu sepanjang 50 meter untuk memperkuat tanggul.
Baca juga: Tragedi Sungai Genting Jadi Cermin Solidaritas, Polres Kendal Apresiasi Sinergi Tim Gabungan
"Meskipun sudah terpasang trucuk sebagai penangangan darurat, warga berharap tetap dibangun tanggul permanen. Kami coba akan terus meminta provinsi Jawa tengah agar tanggul permanen di tahun anggaran 2026 bisa terealisasi," kata Arif Fajar Hidayat, Koordinator Petak Bodri sekaligus perwakilan warga setempat, saat ditemui di kediamannya, Jumat (07/11/2025).
Arif menjelaskan, kurang lebih sepekan ini Tanggul Kali Bodri di sebelah utara Masjid Manarul Husna, Desa Kebonharjo, Patebon yang sempat jebol karna diterjang derasnya air sungai Bodri sudah dipasang trucuk bambu.
"Nantinya akan diperpanjang lagi pamasangan trucuknya," ungkap Arif.
Menurut Arif, pekerjaan tersebut sempat menghadapi kendala di lapangan. Beberapa batu besar dari sender lama menghambat pemasangan trucuk, membuat proses harus dilakukan lebih hati-hati. “Kadang di bawah kepentok batu-batu, jadi tidak bisa dipasang maksimal,” terangnya.
Meski demikian, lanjut Arif, hasil kerja keras itu langsung diuji alam. Pada Kamis (06/11) sore. Ketika itu, kata Arif, debit air di titik Juwero mencapai ketinggian 150 cm, membuat warga sempat cemas. Namun hasil pemantauan pada Jumat pagi menunjukkan, trucuk bambu yang baru terpasang tetap kokoh berdiri.
Baca juga: Enam Mahasiswa KKN UIN Walisongo Terseret Arus di Sungai Genting, Begini Kronologinya!
“Alhamdulillah trucuknya masih kuat. Malah debit air kemarin jadi semacam ‘test drive’ kekuatan trucuknya. Meskipun ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki, kondisi tanggul kini jauh lebih aman," tandasnya.
Dari Tanggap Darurat ke Siaga Bencana
Belajar dari pengalaman itu, warga Desa Kebonharjo kini berinisiatif membentuk gerakan “Kebonharjo Siaga”, sebuah program pelatihan dan kesiapsiagaan bencana.
Menurut Arif, langkah ini penting untuk membangun kesiapan mental dan keterampilan teknis warga menghadapi potensi banjir di masa depan.
Baca juga: Tanggul Kritis di Selatan Masjid Babadan Masih Terabaikan, Warga Kebonharjo Gelisah
“Hari-hari ini warga masih trauma, jadi kami ingin ada pelatihan tanggap bencana. Bukan hanya untuk evakuasi, tapi juga penguatan kesiapsiagaan masyarakat,” jelasnya.
BPBD Kendal, kata Arif, disebut siap mendukung kegiatan tersebut, terutama dalam penyediaan konsumsi dan fasilitator pelatihan selama dua hari. Namun, persoalan anggaran tambahan masih menjadi tantangan yang perlu diselesaikan bersama.
"Dengan semangat gotong royong antara warga, pemerintah daerah dan BPBD, harapan besar kami warga Kebonharjo benar-benar siap menghadapi musim penghujan tahun ini tanpa rasa cemas," pungkasnya.
Editor : Zamroni