JATENG MEMANGGIL- Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Drs. Fadholi, menegaskan pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan pedesaan.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan Sarasehan Kebangsaan MPR RI ke-10 bertema “Implementasi Pancasila dalam Keseharian di Masyarakat Pedesaan” yang digelar di Kabupaten Semarang, Selasa (14/10/2025).

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh para tokoh masyarakat, perangkat desa, pemuda, dan perwakilan organisasi kemasyarakatan tersebut, Fadholi mengajak seluruh elemen desa untuk menjadikan Pancasila bukan sekadar slogan, melainkan pedoman nyata dalam bertindak, berinteraksi, dan bergotong royong.

“Desa adalah cermin Indonesia sesungguhnya. Jika nilai-nilai Pancasila hidup di desa — seperti gotong royong, toleransi, dan musyawarah, maka bangsa ini akan kuat dari akar hingga pucuknya,” ujar Fadholi dalam sambutannya.

Fadholi menyoroti bahwa kehidupan masyarakat modern saat ini cenderung individualistis, sehingga perlu upaya bersama untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kepedulian sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Ia juga menekankan bahwa implementasi Pancasila tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit.

“Menghormati tetangga, membantu warga yang kesulitan, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak mudah terprovokasi kabar bohong, semua itu bagian dari pengamalan Pancasila,” imbuhnya.

Acara sarasehan berlangsung hangat dan interaktif. Para peserta antusias berdiskusi tentang berbagai tantangan sosial di desa, mulai dari pergeseran nilai gotong royong, pengaruh media sosial, hingga pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda.

Selain menjadi ajang dialog kebangsaan, kegiatan ini juga menjadi sarana mempererat tali persaudaraan antarwarga desa serta memperkuat komitmen bersama dalam menjaga keutuhan bangsa di tengah keberagaman.

Menutup acara, Fadholi mengingatkan bahwa tugas membumikan Pancasila bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh rakyat Indonesia.

“Pancasila harus hadir di hati, di pikiran, dan di tindakan kita setiap hari. Dari desa-lah Indonesia bisa kembali menemukan jati dirinya,” pungkasnya.