JABAR MEMANGGIL- GS (16) Seorang remaja di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menjadi korban persekusi oleh sekelompok warga. Akibat kejadian itu, GS mengalami beberapa luka hingga babak belur.
Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 8 Agustus 2025, sekitar pukul 04.30 WIB. Saat itu, GS tengah mengantarkan dompet dan KTP milik ayahnya yang akan berangkat bekerja ke Kepulauan Seribu, Jakarta. Tanpa alasan yang jelas, ia malah ditangkap dan diperlakukan secara kasar oleh beberapa warga.
Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan kondisi GS dengan tangan terikat ke belakang dan posisi duduk membungkuk. Dalam video terdengar suara bentakan seorang pria yang mempertanyakan identitas GS secara kasar, tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan.
“Ti mana maneh, ari maneh anak saha? (Dari mana kamu, anak siapa?)” bentak salah satu pelaku. Saat GS menyebutkan nama ayahnya, pria itu kembali memotong dengan nada merendahkan: “Paduli teuing, arek anak saha oge, arek anak jenderal sugan.” (Peduli amat, mau anak siapa pun, mau anak jenderal juga.)
Nenek korban Ai Fatimah (62), mengaku terpukul melihat kondisi cucunya yang babak belur itu.
“Muka lebam-lebam, kepala benjol, dada katanya sakit. Darah di wajah katanya sudah dibersihkan sama warga sebelum dibawa pulang. Saya langsung peluk dia, bilang ini ujian, mudah-mudahan ke depan jadi anak yang kuat dan bisa membanggakan orang tua,” kata Ai Fatimah, Minggu (10/8/2025).
Ia menambahkan, GS sempat pasrah menghadapi kejadian itu. “Katanya, kalaupun mau dibunuh, nggak apa-apa, yang penting dompet bapaknya sampai,” tuturnya.
Kini keluarga korban telah melaporkan kasus ini ke Polres Sukabumi. Keluarga menegaskan ingin para pelaku diproses secara hukum.
“Saya langsung datang ke rumah korban setelah dihubungi anggota BPD. Kondisinya mengenaskan. Saya tahu betul ayahnya sedang bekerja, jadi saya bantu dampingi keluarga ke polisi,” kata Kepala Dusun setempat, Ujang Muhammad Irfanudin.
“Sudah ada yang datang minta maaf, tapi keluarga tetap ingin kasus ini diproses sesuai hukum. Kita tidak bisa membiarkan main hakim sendiri,” tegasnya
Keluarga pun berharap anaknya yang menjadi korban salah sasaran ini segera pulih, baik secara fisik maupun mental, dan tidak mengalami trauma berkepanjangan.