Primbon Jawa dan Rahasia Toh di Tangan serta Kaki: Dari Karakter hingga Arah Hidup

Reporter : Redaksi
Toh pada tubuh seseorang. (Foto: Dok. Pribadi/Memanggil.co)

Blora, MEMANGGIL.CO - Dalam khazanah budaya Jawa, toh atau tanda lahir bukan sekadar penanda fisik, melainkan simbol yang diyakini menyimpan makna tertentu bagi karakter, perjalanan hidup, hingga kecenderungan nasib seseorang.

Selain wajah, leher, atau punggung, tanda lahir yang berada di tangan dan kaki juga mendapat perhatian khusus dalam primbon Jawa. Dua bagian tubuh ini dianggap mewakili gerak, tindakan, kerja keras, langkah hidup, dan arah perjalanan seseorang.

Baca juga: Arti Toh di Leher, Bahu, Dada, Perut, dan Punggung dalam Primbon Jawa

Bagi masyarakat Jawa tradisional, tangan adalah lambang usaha dan karya. Karena itu, mereka yang memiliki toh di tangan sering digambarkan sebagai pribadi yang cekatan, terampil, dan tidak asing dengan kerja keras.

Tangan kanan kerap dimaknai sebagai simbol keteguhan prinsip. Pemiliknya dipercaya memiliki pendirian kokoh, tidak mudah digoyahkan oleh tekanan, serta berani mempertahankan apa yang diyakini benar. Sementara toh di tangan kiri sering dikaitkan dengan karakter yang lebih sensitif dan mudah bimbang.

Mereka dinilai perlu belajar untuk lebih tegas, agar potensi besar dalam dirinya tidak tertahan oleh keraguan.
Namun primbon juga memberi ruang tafsir yang lebih luas. Tanda lahir di tangan tidak hanya dikaitkan dengan aktivitas fisik, tetapi juga kreativitas. Banyak kepercayaan yang menyebut bahwa mereka dengan toh di tangan memiliki bakat seni, keterampilan kerajinan, atau kemampuan menciptakan sesuatu.

Dalam konteks kehidupan modern, karakter ini bisa berkembang menjadi kecakapan profesional baik sebagai pekerja kreatif, pengusaha, maupun sosok yang mampu menawarkan solusi inovatif dalam berbagai bidang.

Berbeda dengan tangan yang melambangkan karya, kaki dalam primbon Jawa sering dihubungkan dengan perjalanan hidup. Tanda lahir di kaki dipercaya menggambarkan jiwa petualang.

Mereka yang memilikinya disebut cenderung suka bergerak, menjelajah, dan tidak betah berdiam terlalu lama di satu tempat. Sifat ini dalam banyak hal dinilai positif: terbuka pada pengalaman baru, berani mencoba hal berbeda, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Baca juga: Makna Toh di Pipi, Hidung, dan Mulut dalam Primbon Jawa

Namun primbon juga mengingatkan bahwa sifat ini bisa membuat seseorang sulit menetap secara emosional maupun keputusan hidup, jika tidak diimbangi dengan kedewasaan. Letak toh pun sering memengaruhi tafsirnya.

Pada kaki kanan, ia kadang dikaitkan dengan ambisi dan keinginan besar untuk menjadi yang terdepan. Energi kuat ini bisa menjadi pendorong prestasi, namun sekaligus membawa risiko munculnya sifat meremehkan orang lain.

Sementara kaki kiri sering digambarkan sebagai simbol kecenderungan boros dan keinginan menikmati hidup secara berlebihan. Dari sini, primbon menghadirkan pesan moral: setiap potensi selalu berdampingan dengan tantangan, dan keseimbangan menjadi kunci.

Selain letak, warna toh juga diyakini menyimpan makna tersendiri. Tanda lahir berwarna merah sering dipahami sebagai simbol keberanian dan semangat yang menyala. Pemiliknya identik dengan karakter kuat, penuh energi, dan memiliki naluri kepemimpinan. Tetapi intensitas emosi yang besar juga berpotensi berubah menjadi sikap mudah marah jika tidak dikendalikan.

Baca juga: Makna Tanda Lahir “Toh” dalam Primbon Jawa: Antara Pesan Leluhur dan Tafsir Kehidupan

Sementara toh berwarna hitam lebih banyak dikaitkan dengan keteguhan, konsistensi, dan karakter yang sulit dipengaruhi. Orang dengan tanda lahir ini sering dipandang misterius, tertutup, namun seorang penjaga rahasia yang dapat dipercaya.

Adapun toh berwarna putih dipandang sebagai lambang ketulusan. Mereka yang memilikinya dipercaya berhati bersih, jujur, dan apa adanya. Namun sifat polos ini kadang menjadikan mereka mudah percaya dan rawan dimanfaatkan. Karena itu, primbon menghadirkan pesan reflektif: kebaikan hati tetap perlu diiringi kecermatan dalam bersikap.

Pada akhirnya, makna toh dalam primbon Jawa tidak hanya berbicara soal ramalan atau nasib, melainkan refleksi budaya yang sarat nilai-nilai kehidupan. Ia menjadi pengingat bahwa setiap manusia membawa potensi, kekuatan, dan sisi lemah yang perlu disadari.

Kepercayaan ini hidup bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengajak manusia mengenal diri, berlaku bijak, serta menjaga keseimbangan antara tradisi dan pandangan modern.

Editor : Redaksi

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru