
MEMANGGIL.CO – Kabupaten Rembang, salah satu wilayah di pesisir utara Jawa Tengah, memiliki sejarah panjang yang kaya dengan budaya dan tradisi. Terbentang di lahan seluas 1.036,70 km persegi dan dihuni oleh sekitar 660,17 ribu jiwa, Rembang tidak hanya dikenal sebagai daerah strategis di jalur Pantura, tetapi juga memiliki kisah menarik terkait asal-usul namanya yang berkaitan dengan produksi tebu.
Rembang dan Jejak Sejarahnya di Zaman Majapahit
Berdasarkan catatan dari Kitab Negarakertagama pada Pupuh XXI, nama Rembang telah disebutkan sejak masa Kerajaan Majapahit. Meski begitu, belum ada bukti pasti apakah pada masa tersebut Rembang merupakan wilayah yang memiliki pemerintahan sendiri atau berada di bawah kekuasaan daerah lain. Sebuah dokumen dari abad ke-16 yang ditulis oleh penjelajah Portugis, Tome Pires, juga menyebutkan Rembang sebagai salah satu daerah pesisir penting di Jawa bersama daerah lainnya.
Pada masa itu, Rembang merupakan bagian dari kekuasaan Lasem, sebuah daerah otonom Majapahit yang memiliki peran strategis di jalur perdagangan maritim. Lasem dikenal sebagai pusat perdagangan rempah dan kerajinan maritim, dan pada masa pemerintahan Majapahit, Lasem sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di wilayah utara Jawa.
Peralihan Kekuasaan: Dari Majapahit hingga Mataram Islam
Saat kekuasaan Majapahit mulai melemah, wilayah pesisir seperti Rembang dan Lasem mengalami berbagai peralihan kekuasaan. Pada tahun 1680, Rembang dan Lasem jatuh di bawah kendali Kerajaan Mataram Islam. Lasem yang dahulu merupakan wilayah otonom di bawah Majapahit, kemudian digabungkan dengan Kabupaten Rembang setelah penguasa Lasem gugur dalam pertempuran melawan penjajah Belanda. Hal ini menjadikan Lasem hanya sebagai salah satu distrik di bawah Kabupaten Rembang, meski tetap memiliki jejak budaya dan sejarah yang kuat hingga sekarang.
Pembentukan Kabupaten Rembang secara resmi terjadi setelah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah diterbitkan. Sejak saat itu, Rembang terus berkembang dan menjadi salah satu kabupaten penting di pesisir utara Jawa.
Migrasi dari Campa dan Asal-usul Nama Rembang
Berdasarkan sumber yang diambil dari website resmi Pemerintah Kabupaten Rembang, sejarah nama Rembang terkait erat dengan migrasi sekelompok keluarga dari Campa, sebuah wilayah di Asia Tenggara, yang datang ke daerah ini sekitar tahun 1336 Saka atau 1447 Masehi.
Diceritakan bahwa delapan keluarga asal Campa yang dipimpin oleh Kakek Pow Le Din, seorang ahli dalam pembuatan gula tebu, melakukan migrasi ke wilayah yang kini dikenal sebagai Rembang. Mereka berangkat menggunakan perahu dan tiba di daerah yang dikelilingi oleh hutan bakau. Setelah tiba, mereka menebang pohon-pohon bakau dan membersihkan lahan untuk dijadikan pemukiman. Pemukiman ini kemudian dikenal dengan nama Kabongan, yang diambil dari kata “Bonga” yang berarti bakau.
Tujuan utama mereka adalah untuk memproduksi gula merah, yang pada masa itu merupakan komoditas penting di kawasan tersebut. Dalam proses pembuatan gula, mereka melakukan ritual sakral sebelum memotong tebu yang disebut Ngrembang Sakawit. Ritual ini melibatkan upacara suci dan semedi di lokasi tempat tebu akan dipotong, dengan simbol dua pohon tebu yang dikenal sebagai tebu pengantin.
Dari ritual inilah istilah “Ngrembang” muncul, yang kemudian berubah menjadi Rembang seperti yang kita kenal sekarang. Sejak saat itu, nama Rembang melekat pada wilayah ini, mencerminkan tradisi masyarakatnya yang erat dengan produksi tebu.
Rembang Masa Kini: Warisan Sejarah dan Pusat Ekonomi
Kini, Rembang tidak hanya dikenal sebagai daerah dengan sejarah panjang, tetapi juga sebagai pusat ekonomi dan perdagangan di Pantura. Keberadaan pelabuhan dan jalur perdagangan yang strategis menjadikan Rembang sebagai pusat distribusi barang dari dan menuju wilayah lain di Jawa. Selain itu, Rembang juga memiliki potensi wisata yang terus dikembangkan, terutama dengan kehadiran berbagai situs sejarah, seperti Lasem, yang kini semakin populer sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah.
Dengan berbagai perkembangan yang telah terjadi, Kabupaten Rembang tetap mempertahankan identitas sejarahnya yang kuat. Dari zaman Majapahit hingga masa modern saat ini, Rembang telah mengalami berbagai perubahan, namun akar budayanya tetap terjaga.
Penutup
Sejarah panjang Rembang yang dimulai dari panen tebu dan ritual Ngrembang Sakawit hingga menjadi kabupaten modern di pesisir utara Jawa Tengah menunjukkan betapa pentingnya peran budaya dan tradisi dalam membentuk identitas suatu wilayah. Rembang yang kita kenal saat ini adalah hasil dari perpaduan antara sejarah masa lampau dan perkembangan zaman, menjadikannya salah satu wilayah yang kaya akan nilai budaya dan potensi ekonomi di Jawa Tengah.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar