Melawan Waktu dalam Senyap: Misi dr. Chandrawati Menepis "Gunung Es" Stroke di Indonesia

Reporter : Adji
dr. Chandrawati Widya, Sp.N, seorang spesialis saraf, yang memaparkan penyakit Stroke (Adji / Memanggil .co

Surabaya, MEMANGGIL.CO  – Di koridor rumah sakit yang sibuk, dr. Chandrawati Widya, Sp.N, seorang spesialis saraf, membawa sebuah misi besar yang lebih dari sekadar mengobati fisik. Ia sedang berkejaran dengan waktu sebuah variabel paling krusial dalam menyelamatkan otak manusia dari serangan stroke.

Bagi dr. Chandrawati, tantangan terbesar dunia medis saat ini bukan lagi sekadar ketersediaan alat canggih, melainkan sebuah musuh yang tak terlihat: rendahnya kesadaran masyarakat atau awareness.

Penyakit jantung dan stroke masih menduduki singgasana tertinggi penyebab kematian dan kecacatan di Indonesia. Namun, dr. Chandra melihat ada ketimpangan data yang nyata. Ia menyebutnya sebagai "fenomena gunung es".

"Mungkin yang tercatat hanya di kota-kota besar karena fasilitas laporannya lengkap. Di daerah, banyak kejadian yang tidak terdeteksi karena pasien tidak sempat sampai ke rumah sakit," kata Chandrawati ditemui usai menggelar konferensi pers, Jumat, 19 Desember 2025, di RS Kemenkes Surabaya.

Masalahnya pun sistemik. Meski Pemerintah telah menyediakan Dokter ahli dan fasilitas lengkap, angka kematian tetap sulit ditekan jika masyarakat masih menunda pengobatan. 
Stroke, menurut dr. Chandra, memang tidak selalu membunuh seketika seperti serangan jantung, namun ia menyisakan "beban" jangka panjang berupa kelumpuhan.

Ia memberikan gambaran menyentuh tentang penderitaan pasien stroke di kota seperti Surabaya. 

"Surabaya ini panas sekali, matahari rasanya ada sembilan. Bayangkan pasien yang lumpuh, mereka merasa gerah tapi tidak berdaya untuk sekadar miring atau meminta bantuan karena gangguan bicara. Ketidakberdayaan inilah yang memicu komplikasi lain seperti pneumonia," terang dr. Chandrawati 

Dalam dunia saraf, dikenal istilah Golden Period. Hanya ada waktu sekitar 4,5 jam sejak gejala pertama muncul agar obat tertentu dapat bekerja maksimal menyelamatkan jaringan otak. Namun, waktu sesempit itu sering terbuang percuma karena keraguan.

"Jangan menunggu wajah miring atau lumpuh separuh badan. Jika merasakan pusing berputar, kesemutan mendadak, atau nyeri kepala hebat yang muncul tiba-tiba, segera datang ke rumah sakit. Jangan ditunda, jangan ragu-ragu," tandad dr. Chandrawati.

Ia menekankan bahwa tugas menjaga kesehatan bangsa bukan hanya beban Kementerian Kesehatan atau para dokter semata, melainkan kerja sama kolektif seluruh warga negara.

Menjawab tantangan tersebut, dr. Chandrawati  bersama timnya di Surabaya telah mengintegrasikan layanan bertaraf internasional. Komitmen mereka bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah sistem bernama Stroke Alarm.

Di rumah sakit tempatnya mengabdi, ketika seorang pasien stroke masuk, sebuah "alarm" digital akan menyala. Detik itu juga, seluruh departemen terkait mulai dari radiologi, dokter spesialis saraf, hingga laboratorium—langsung bersiaga tanpa perlu menunggu prosedur konsultasi yang berbelit-belit.

"Kami menyediakan CT Scan dan MRI yang siap 24 jam. Tim tindakan juga selalu ready. Di sini, kami tidak bekerja sendiri-sendiri, kami adalah satu sistem yang bergerak serentak demi memenangkan waktu bagi pasien," tambahnya.

Harapan dr. Chandrawati sederhana namun mendalam: Indonesia yang lebih sehat dimulai dari setiap individu yang peduli pada tubuhnya sendiri. 

"Syukur-syukur kalau setelah diperiksa ternyata bukan stroke. Tapi jika iya, kami sudah siap dengan segala teknologi yang setara dengan layanan di luar negeri." pungkasnya .

Editor : B. Wibowo

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru