Rembang, MEMANGGIL.CO - Di halaman Museum RA Kartini Rembang, suasana tampak berbeda dari biasanya. Musik mengalun, tawa anak-anak berpadu dengan semangat para pelaku UMKM, dan warna-warni tenda bazar menghiasi area yang biasanya sunyi oleh sejarah.
Sejak Jumat (31/10/2025) hingga Minggu (2/11/2025), tempat itu menjelma menjadi ruang publik yang hidup, penuh energi, kreativitas, dan semangat gotong royong.
Inilah Pekan Panutan Pajak 2025, sebuah ajakan dari Pemerintah Kabupaten Rembang agar masyarakat melihat pajak bukan sekadar angka di atas kertas, tapi wujud nyata dari kebersamaan dan kontribusi.
Selama tiga hari, kegiatan diisi dengan beragam aktivitas yang akrab dengan warga, senam zumba di pagi hari, live music di sore yang hangat, bazar UMKM yang menggeliatkan ekonomi lokal, hingga pameran otomotif dan kontes motor custom yang memikat anak muda.
Tak hanya hiburan, acara ini juga menjadi wadah edukasi tentang pentingnya pajak untuk kemajuan daerah.
Kepala BPPKAD Rembang, Feri Sumardi, mengatakan bahwa Pekan Panutan Pajak bukanlah ajang seremonial semata. Lebih dari itu, ia ingin menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya pajak bagi pembangunan.
"Kami ingin masyarakat jadi panutan dalam membayar pajak dan retribusi daerah. Sekaligus mengenalkan kemudahan bayar pajak secara digital lewat QRIS,” ujar Feri.
Hingga akhir Oktober 2025, realisasi pajak daerah telah mencapai 76 persen dari target tahunan. Angka itu, kata Feri, menjadi bukti bahwa semangat warga untuk berkontribusi masih tinggi. Ia optimistis target akan terlampaui sebelum tahun berakhir.
Di tengah keramaian acara, Bupati Rembang Harno menyampaikan pesan yang meneguhkan makna gotong royong.
"Tanpa panjenengan, pemerintahan tidak bisa berjalan. Pajak yang dibayarkan masyarakat itulah yang digunakan untuk menyejahterakan masyarakat kembali,” tutur Harno di hadapan ratusan undangan.
Ia menegaskan, dana pajak daerah telah menjadi tulang punggung berbagai program prioritas: layanan kesehatan gratis melalui BPJS, peningkatan kualitas pendidikan, hingga pembangunan infrastruktur yang membuka akses ke pelosok desa.
Sebagai bentuk apresiasi, Pemkab Rembang memberikan penghargaan kepada 50 wajib pajak teladan dari berbagai kategori, mulai dari perhotelan, makanan dan minuman, hiburan, reklame, parkir, hingga desa tercepat melunasi PBB-P2 dan mitra perbankan pajak daerah. Wajah-wajah penerima penghargaan itu menjadi simbol nyata bahwa taat pajak itu keren, dan manfaatnya dirasakan banyak orang.
Menjelang senja, lantunan musik dari band lokal menutup hari dengan suasana hangat. Lampu-lampu kecil di sekitar museum berkelip, menemani warga yang masih menikmati kopi dan obrolan ringan.
Di antara suara tawa dan denting gitar, terselip satu pesan sederhana tapi dalam: pajak bukan sekadar kewajiban, tapi bentuk cinta kepada daerah sendiri.
Sebagaimana diungkapkan Feri Sumardi. "Kami ingin bikin suasana pajak lebih dekat dengan warga. Biar semua sadar, bahwa bayar pajak itu bukan beban, tapi bentuk kontribusi nyata untuk Rembang," ungkapnya.
Dan malam itu, di bawah langit Rembang yang lembut, terasa bahwa pajak memang bisa punya wajah hangat, wajah kebersamaan, gotong royong, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.