MEMANGGIL.CO – Berkesempatan menginjakkan kaki di luar negeri sebagai bagian dari pengalaman akademik adalah impian banyak mahasiswa. Adissya Elma Fitriyah (23), mahasiswi berprestasi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), berhasil mewujudkan impian itu tidak hanya sekali, tetapi dua kali, melalui program intensif di Australia.
Mahasiswi S-1 Pendidikan Matematika angkatan 2021 ini membagikan pengalamannya yang berharga selama menjalani intensif dua periode yang berbeda di Negeri Kanguru.
Baca juga: Menggali Dolar dari Foto: Strategi Jurnalis Foto Bertahan di Era Disrupsi Digital
Periode intensif pertama Adissya berlangsung pada April hingga Juli tahun lalu. Ia terpilih sebagai salah satu dari enam mahasiswa beruntung dalam program Unesa Global Mobility Award (UGME) melalui seleksi ketat.
"Saya termasuk salah satu yang beruntung bisa berangkat melalui seleksi Unesa," ujar perempuan kelahiran Jember tahun 2002 ini.
Dalam kesempatan pertamanya, Adissya ditempatkan di Canberra Grammar School, salah satu sekolah bergengsi di Australia. Di sana, ia mengemban tugas sebagai asisten pengajar Bahasa Indonesia untuk dua jenjang yang berbeda: mulai dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga kelas 3, serta kelas 11 dan 12 SMA.
Keberuntungan Adissya tidak berhenti di situ. Pada Oktober hingga Desember di tahun yang sama, ia kembali berkesempatan terbang ke Canberra untuk menjalani program PLP Internasional dari fakultasnya.
Kali ini, lokasi penempatannya berbeda, yaitu di Islamic School of Canberra. Sesuai dengan jurusannya, Adissya menjadi asisten pengajar Matematika untuk jenjang secondary, meliputi kelas 7 hingga kelas 10.
Selama menjalani dua intensif tersebut, Adissya mengaku mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga, terutama mengenai perbedaan budaya, cara mengajar, dan sistem kurikulum.
"Banyak sekali yang saya dapatkan, khususnya perbedaan budaya dan cara mengajar," ungkapnya.
Beberapa hal yang paling menarik perhatiannya adalah wibawa guru di sana dan tingkat kedisiplinan murid-murid yang sangat tinggi. Selain itu, kurikulum pendidikan di Australia juga memiliki ciri khas tersendiri.
"Kurikulum Matematika di Australia cukup berbeda dari Indonesia. Mereka saat ini menggunakan banyak latihan soal, mirip seperti implementasi Kurikulum Merdeka di Indonesia, tetapi dengan porsi latihan yang jauh lebih banyak," jelas Adissya.
Aturan Ketat di Luar Jam Pelajaran
Hal yang paling mencolok dan berbeda dari sistem di Indonesia adalah pengendalian siswa dan aturan selama jam istirahat. Adissya menceritakan bahwa di sana,tidak ada siswa yang diperbolehkan berada di dalam kelas selama jam istirahat.
Menurutnya, aemua siswa harus berada di lapangan untuk makan dan bermain.Tidak ada siswa yang tidak disupervisi oleh guru selama jam sekolah.
"Selama jam sekolah, harus ada guru yang mengawasi. Jadi, tidak ada siswa yang sendirian di kelas atau di mana pun. Semua harus terlihat oleh guru yang bertugas," pungkas Adissya.
Editor : Wibowo