MEMANGGIL.CO- Megamendung, kawasan sejuk di jalur Puncak, kini dikenal bukan hanya karena pesonanya, tetapi juga transformasinya dari wilayah konflik agraria menjadi destinasi ekowisata berkelanjutan.
Dari Konflik ke Investasi Hijau
Baca juga: Astacita Prabowo Terancam Gagal: Lapangan Kerja Hilang di Puncak Bogor
Camat Megamendung, Ridwan, mengingat masa pasca-Reformasi 1998 ketika terjadi penyerobotan lahan negara dan penggundulan hutan. “Kini tak ada lagi sengketa tanah sejak 2023. Investasi membawa dampak positif,” ujarnya.
Masuknya investor seperti Eiger Adventure Land (EAL) dan Gym Station Indonesia (GSI) menurut Ridwan memberi empat manfaat: pengembalian tanah negara, reboisasi, kontribusi pajak, dan lapangan kerja. Ia menilai pola investasi hijau ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi dan penyerapan tenaga kerja nasional.
Sinergi Jadi Kunci Ekowisata
Akademisi Unpak Bogor, M. Yogie Syahbandar, menilai potensi wisata alam Bogor sangat besar jika dikembangkan lewat sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pengusaha.
“Ekowisata harus memperhatikan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Perusahaan seperti Eiger bisa menjadi akselerator, asalkan tetap dalam koridor konservasi,” ujarnya.
Baca juga: Ekowisata: Dari Kekayaan Alam ke Kesejahteraan Rakyat
Keseimbangan Ekonomi dan Lingkungan
Anggota DPRD Kabupaten Bogor, dari Fraksi NasDem, Fahirmal Fahim, menegaskan pentingnya keseimbangan pembangunan dengan kesejahteraan warga.
“Kawasan Puncak adalah sumber penghidupan. Pemerintah harus memberi ruang transisi dan pendampingan bagi pelaku usaha,” katanya.
Harapan Warga
Atang (70), warga Sukagalih dan pekerja EAL, mengaku bangga melihat lahan tandus berubah hijau. Namun ia sedih karena tempat kerjanya disegel.
“Kami hanya ingin pembangunan ekowisata di kampung ini terus berjalan, karena membawa harapan bagi banyak warga,” ujarnya.
Editor : Yudi Irawan