Blora, MEMANGGIL.CO - Seorang apoteker dengan akun Threads @dpermanaandi_ menyita perhatian publik setelah membagikan edukasi mendalam tentang salah satu obat keras yang kerap disalahgunakan di masyarakat, Dexamethasone. Dalam unggahannya, ia menyebut obat ini sebagai bagian dari kasta yang dijuluki “Obat Dewa” bukan karena keajaibannya semata, tetapi karena efeknya yang bisa terasa instan sekaligus berbahaya, (17/12/25).
Dalam dunia farmasi, Dexamethasone dikenal sebagai kortikosteroid kuat. Efeknya memang cepat: gatal mereda, sesak napas terasa lega, hingga nyeri sendi yang parah bisa menghilang dalam waktu singkat. Namun, menurut sang apoteker, efek tersebut bukan karena penyakitnya sembuh, melainkan karena sistem imun tubuh “dibungkam”.
“Dexamethasone itu bukan malaikat penyembuh, tapi seperti penyihir. Dia tidak melawan penyakit, dia menyuruh tubuh untuk diam,” tulisnya.
Ia menjelaskan, obat ini bekerja langsung ke tingkat sel, bahkan memengaruhi ekspresi gen. Karena itulah, meski dosisnya kecil dan harganya murah, dampaknya sangat besar jika digunakan tanpa pengawasan medis.
Masalah muncul ketika Dexamethasone dicampurkan secara ilegal ke dalam jamu pegal linu, obat penambah berat badan, atau puyer setelan warung. Konsumen sering merasa badannya enteng, nafsu makan meningkat, dan tenaga kembali prima. Banyak yang mengira itu efek herbal, padahal tubuh sedang dipaksa bekerja di luar batas alaminya.
“Bukan khasiat akar-akaran. Itu Dexamethasone yang sedang menguras cadangan tubuh,” ungkapnya.
Efek samping jangka panjangnya pun tidak main-main. Sang apoteker menguraikan sejumlah “bayaran” yang harus ditanggung tubuh setelah pemakaian berulang. Mulai dari wajah membulat tidak wajar (moon face), penumpukan lemak di punggung atas (buffalo hump), hingga tulang rapuh seperti kaca akibat osteoporosis. Kulit pun menjadi sangat tipis dan mudah memar karena kerusakan kolagen.
Yang paling berbahaya, lanjutnya, adalah menghentikan konsumsi obat ini secara mendadak setelah digunakan lebih dari dua minggu.
“Kelenjar adrenal bisa ‘tertidur’. Kalau Dexa dihentikan tiba-tiba, tubuh bisa syok, tekanan darah turun drastis, bahkan koma,” jelasnya.
Karena itu, ia menegaskan bahwa penghentian obat ini harus dilakukan bertahap dan di bawah pengawasan dokter, bukan berdasarkan inisiatif sendiri.
Meski demikian, sang apoteker tidak menafikan bahwa Dexamethasone memiliki peran penting dalam dunia medis. Pada kondisi tertentu, obat ini justru bisa menyelamatkan nyawa.
“Dia penyelamat kalau dipakai pada kondisi kritis. Tapi bisa jadi pembunuh diam-diam kalau dibeli sembarangan untuk keluhan sepele,” tulisnya.
Melalui unggahan ini, ia mengajak masyarakat untuk lebih bijak dan kritis terhadap obat yang dikonsumsi, terutama yang memberikan efek cepat dan “terasa manjur”.
“Hormati kekuatannya. Jangan main-main dengan obat keras. Karena kontrak dengan ‘Obat Dewa’ ini mahal, dan butuh waktu lama untuk kembali normal.”
Edukasi ini pun menuai banyak respons dari warganet, yang merasa tersadarkan akan bahaya penggunaan obat tanpa resep. Unggahan tersebut menjadi pengingat bahwa kesembuhan instan sering kali menyimpan risiko jangka panjang yang tidak terlihat di awal.
Editor : B. Wibowo