
MEMANGGIL.CO – Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto mengatakan, banyak petani di kabupaten ini terjebak tengkulak. Akibatnya mereka menjual produk pertanian dengan harga yang murah.
“Banyak petani kita di Blora terjebak tengkulak,” tegasnya kepada Memanggil.co, ditulis Selasa (5/03/2024)
Politisi Partai Golkar ini mencontohkan, misalnya orang nebas alias memborong jagung, padi, ketela atau singkong.
Tapi mereka ini telah dikendalikan tengkulak. Makanya mata rantainya harus dipotong karena terlalu panjang.
“Mereka (petani) tidak berdaya sehingga segera menjual, karena tidak punya duit untuk mempertahankan hasil panennya,” ujarnya.
Makanya, lanjut Siswanto, petani harus diedukasi. Yaitu mereka harus agar kuat mempertahankan panennya.
Mereka tidak cepat menjual hasil pertanian ke tengkulak, juga tidak menjualnya saat harga rendah, tapi menjual dengan harga tinggi.
“Ini fenomena yang terjadi pada petani kita di Blora,” tandas pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Blora ini.
Menurut Siswanto, untuk mengedukasi petani di Blora, memang harus pelan-pelan tapi pasti. Misalnya, melihat kondisi di wilayah Blora potensi dikembangkan, baik potensi pertaniannya, marketingnya, juga permodalannya.
Contohnya di kawasan peruntukan industri Langitan dan industry di Pos Ngancar, keduanya di Kecamatan Tunjungan, Blora, di dua titik itu bisa dikembangkan dan optimalkan.
Yaitu bagaimana agar bisa ada investasi masuk di Blora. Karena dengan adanya perusahaan, maka ada efek yang bakal diharapkan. Misalnya ada penyerapan tenaga kerja, permodalan dari perbankan.
“Yang diharapkan tentu tenaga kerja banyak, perekonomian meningkat, pengangguran kurang, rakyat yang sejahtera. Jelas tujuannya ke arah sana,” tandasnya.
Siswanto menambahkan, untuk ke depannya, perlu juga terus dirintis tentang jaringan permodalan, perbankan apa yang mudah dan juga marketing yang realistis.
“Upaya seperti itu untuk mengurangi ketergangungan petani pada tengkulak,” tandasnya.
Produksi Padi di Blora Tahun 2022 dan Tahun 2023
Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi padi di Kabupaten Blora tahun 2022 sebesar 668.000 ton. Luas panen padi di Blora pada tahun 2022 adalah sebesar 107.000 hektare dengan produktivitas sebesar 6,23 ton per hektare.
Jumlah produksi padi di Kabupaten Blora tahun 2023, berdasarkan data sementara dari BPS, adalah sebesar 608.000 ton. Luas panen padi di Blora pada tahun 2023 adalah sebesar 98.000 hektare dengan produktivitas sebesar 6,2 ton per hektare.
Jadi jumlah produksi padi di Kabupaten Blora mengalami penurunan sebesar 9,4% dari tahun 2022 ke tahun 2023. Penurunan disebabkan oleh beberapa faktor:
- Dampak La Nina kekeringan dan banjir di beberapa wilayah di Kabupaten Blora.
- Kenaikan harga pupuk dan pestisida.
- Rendahnya produktivitas padi di beberapa wilayah di Kabupaten Blora.
Produksi Jagung Tahun 2022 dan 2023 di Blora
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi jagung di Kabupaten Blora tahun 2022 sebesar 429.000 ton. Luas panen jagung di Blora pada tahun 2022 adalah sebesar 76.000 hektare dengan produktivitas sebesar 5,66 ton per hektare.
Jumlah produksi jagung di Kabupaten Blora tahun 2023, berdasarkan data sementara dari BPS, sebesar 450.000 ton. Luas panen jagung di Blora tahun 2023 sebesar 77.000 hektare dengan produktifitas sebesar 5,82 ton per hektare.
Jadi, jumlah produksi jagung di Kabupaten Blora mengalami peningkatan sebesar 5,4% dari tahun 2022 ke tahun 2023. Peningkatan disebabkan beberapa faktor, antara lain:
- Peningkatan luas panen jagung sebesar 1,2%.
- Peningkatan produktivitas jagung sebesar 2,6%.
- Peningkatan produksi jagung di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Blora.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kondisi tanah di Blora yang cocok untuk tanaman jagung.
- Pengetahuan dan keterampilan petani jagung yang terus meningkat.
- Dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan produksi jagung.