Jakarta, MEMANGGIL.CO – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dengan percaya diri mengklaim kebijakan penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun di Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) telah memberikan dampak positif yang signifikan pada likuiditas perekonomian nasional.

Klaim ini bukan isapan jempol. Menurut Purbaya, suntikan dana tersebut merupakan strategi jitu pemerintah untuk menjaga dan mendorong pergerakan ekonomi di tengah berbagai tantangan global.

Likuiditas Membaik, Kredit Siap Tumbuh

Menkeu Purbaya menjelaskan, dampak nyata dari penempatan dana jumbo ini terlihat dari beberapa indikator penting:

Peningkatan Uang Primer (M0): Pertumbuhan uang primer dilaporkan mencapai 13,2% (yoy), menunjukkan adanya ketersediaan uang tunai yang lebih longgar di sistem.
Uang Beredar (M2) Naik: Uang beredar (M2) juga menunjukkan pertumbuhan yang baik, mencapai 8% (yoy) pada September 2025, naik dari 6,5% (yoy) di bulan Juni 2025.
"Ini adalah real impact yang bisa menimbulkan optimisme, sentimen positif di masyarakat dan perekonomian. Ini sudah terjadi," ujar Purbaya.

Sentimen Positif dan Harapan Pasar

Penempatan dana ini bertujuan utama untuk menciptakan ekspektasi positif di pasar. Dengan likuiditas yang melimpah di bank-bank besar, diharapkan bank memiliki amunisi yang cukup untuk menyalurkan kredit produktif dengan suku bunga yang lebih kompetitif.

"Kalau dikasih uang cukup, akan tumbuh demand. Ini sejalan dengan teori ekonomi," kata Purbaya, menekankan bahwa langkah ini adalah cara sederhana namun efektif untuk menggerakkan perekonomian dari sisi permintaan (demand).
Bahkan, Purbaya mencatat bahwa sentimen positif ini tercermin pada pergerakan pasar saham, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencapai rekor tertinggi (all time high) beberapa waktu lalu.

Ancaman Sanksi Bagi Spekulan Dolar

Meski memberikan kelonggaran likuiditas, Menkeu Purbaya memberikan peringatan keras kepada bank-bank Himbara. Dana Rp200 triliun tersebut harus digunakan untuk kredit produktif dan tidak boleh sedikitpun dipakai untuk aksi spekulasi, terutama membeli dolar AS.

"Yang penting jangan beli dolar ya. Kalau beli dolar AS saya sikat dia," tegas Purbaya, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengawal penggunaan dana tersebut demi kepentingan ekonomi nasional.