MEMANGGIL.CO - Dalam rangka memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2025, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata mengajak masyarakat untuk semakin mencintai, melestarikan, dan bangga terhadap kekayaan hayati Indonesia.
Peringatan yang jatuh setiap 5 November ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan kembali betapa beragamnya flora dan fauna nusantara serta besarnya peran Indonesia dalam melestarikan biodiversitas dunia.
Baca juga: Ketua DPRD Jateng Ajak Generasi Muda Perkuat Wawasan Kebangsaan di Era Globalisasi
Tahun ini, penekanan diberikan pada berbagai jenis puspa yang kini mendunia bahkan menjadi komoditas penting di sektor parfum, kuliner, dan energi terbarukan mulai dari nilam, gaharu, kecombrang, hingga jarak pagar.
Nilam (Patchouli):
Nilam yang tumbuh subur di Sumatra dan Sulawesi telah lama menjadi komoditas unggulan Indonesia sebagai penghasil minyak esensial untuk industri parfum.
Digunakan oleh rumah mode dunia seperti Dior dan Chanel, minyak nilam menjadi bahan dasar pengikat aroma (fixative) yang membuat parfum bertahan lama.
Selain bernilai ekonomi tinggi, nilam juga memiliki manfaat: aromaterapi untuk relaksasi, antimikroba dan antiinflamasi, menjaga kualitas tanah karena mudah dibudidayakan
Gaharu (Agarwood/Oud):
Gaharu yang berasal dari Kalimantan, Papua, dan Sumatra dikenal sebagai salah satu bahan parfum termahal di dunia.
Aroma resin gaharu digunakan dalam parfum premium seperti Tom Ford, Dior, dan Maison Francis Kurkdjian, serta pengobatan tradisional sebagai terapi aroma dan bahan herbal antimikroba.
Baca juga: Pameran BBWI Dorong Destinasi 3B Jadi Magnet Baru Wisata Nusantara
Selain itu, keberadaan gaharu berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis Indonesia.
Kecombrang (Torch Ginger):
Sering tumbuh liar dari Sumatra hingga Papua, kecombrang kini mendapat perhatian internasional sebagai tanaman kuliner bernilai tinggi yang dikenal sebagai torch ginger.
Manfaat kecombrang antara lain: Kaya antioksidan, menjadi bahan masakan khas Nusantara seperti sambal andaliman dan arsik Batak, digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menjaga pencernaan dan kebersihan kulit
Jarak Pagar (Jatropha):
Baca juga: Mengulik Asal-usul Nama Kuliner Nusantara: Dari "Cuanki" hingga "Kue Putu", Kamu Sudah Tahu?
Tanaman jarak pagar, banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur, telah dikembangkan sebagai sumber biofuel ramah lingkungan.
Minyak jarak (jatropha oil) kini banyak dikaji secara global sebagai energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
Dalam sambutannya, Kementerian Pariwisata menegaskan pentingnya merawat flora dan fauna Indonesia bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena manfaat ekologis dan ekonominya.
“Satu langkah sederhana seperti merawat tanaman di rumah ataupun tidak mengambil flora liar sembarangan bisa membantu menjaga ekosistem dan keberlanjutan biodiversitas Indonesia,” ungkap perwakilan Kemenparekraf.
Peringatan HCPSN tahun ini menjadi pengingat bahwa kekayaan hayati Indonesia bukan hanya warisan budaya, tetapi juga aset dunia. Dengan menjaga flora dan fauna lokal, Indonesia terus berkontribusi pada keberlanjutan planet serta memberi inspirasi bagi industri global.
Editor : Abdul Rohman