Waspada!, Kasus ISPA di Blora Melonjak


Sekretaris Dinkesda Blora, Nur Betsia Bertawati. (Ist)

Blora, MEMANGGIL.CO —  Pergantian musim dari kemarau ke penghujan membawa dampak serius bagi kesehatan masyarakat di Kabupaten Blora. Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora mencatat lonjakan signifikan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) selama tiga bulan terakhir.

Sekretaris Dinkesda Blora, Nur Betsia Bertawati, mengungkapkan bahwa peningkatan kasus terjadi secara konsisten sejak Agustus hingga Oktober 2025.

Baca juga:

"Pada bulan Agustus tercatat sekitar 8.000 kasus, kemudian meningkat menjadi 9.000 kasus di bulan September. Sementara untuk Oktober ini, meskipun masih ada tiga puskesmas yang belum melaporkan, sudah mencapai 8.900 kasus,” jelas Betsia saat ditemui di kantornya, Selasa (6/11/2025).

Ia menambahkan, jumlah tersebut kemungkinan besar akan menembus angka 9.000 kasus setelah seluruh laporan puskesmas masuk. Lonjakan paling tinggi tercatat di wilayah padat penduduk dan daerah dengan curah hujan tinggi.

Menurut Betsia, perubahan cuaca ekstrem menjadi penyebab utama meningkatnya kasus ISPA. Peralihan dari udara panas ke hujan deras membuat daya tahan tubuh masyarakat menurun drastis.

"ISPA ini infeksi pada saluran pernapasan atas yang disebabkan virus atau bakteri. Saat cuaca tidak menentu, tubuh jadi lebih mudah terserang,” terangnya.

Selain faktor cuaca, perilaku masyarakat juga turut mempengaruhi peningkatan kasus. Banyak warga yang masih mengabaikan penggunaan masker di tempat umum dan merokok di dalam rumah, padahal kedua hal ini dapat memperburuk kondisi saluran pernapasan, terutama bagi anak-anak dan lansia.

"Kadang masyarakat belum sadar bahwa udara lembap dan polusi dari asap kendaraan atau rokok bisa memperparah gejala ISPA. Kalau tidak segera ditangani, bisa berkembang menjadi infeksi yang lebih berat,” ujar Betsia mengingatkan.

Menariknya, dari data yang dikumpulkan, remaja menjadi kelompok usia dengan kasus ISPA tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas mereka yang tinggi di luar rumah, baik untuk sekolah maupun kegiatan sosial.

Baca juga:

"Yang mendominasi itu remaja. Karena aktivitasnya banyak di luar rumah, risiko tertularnya juga lebih besar,” jelasnya.

Meski demikian, kelompok balita dan dewasa juga mengalami peningkatan kasus meski tidak setajam remaja. Untuk mengantisipasi penyebaran lebih luas, tenaga medis di seluruh puskesmas memperkuat layanan pemeriksaan serta edukasi kesehatan, terutama kepada keluarga dengan anggota rentan terhadap penyakit pernapasan.

Dinkesda Blora mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap gejala awal ISPA, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan demam ringan.

"Kalau dalam tiga hari tidak membaik, segera periksa ke puskesmas. Jangan tunggu parah,” tegas Betsia.

Sebagai langkah pencegahan, Dinkesda telah menginstruksikan seluruh puskesmas untuk meningkatkan sosialisasi pencegahan penyakit berbasis lingkungan. Edukasi dilakukan melalui sekolah, posyandu, hingga pertemuan warga, dengan fokus menjaga kebersihan udara dalam rumah, memperbanyak ventilasi, dan memperkuat imun tubuh lewat pola makan bergizi.

Baca juga:

Selain itu, Dinkesda juga berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengantisipasi sumber polusi udara di kawasan perkotaan dan wilayah perbatasan.

"Ini kerja bersama. Kesehatan masyarakat tidak bisa berdiri sendiri, perlu dukungan lintas sektor,” ujar Betsia.

Dengan meningkatnya kasus ISPA hingga ribuan, Pemerintah Kabupaten Blora kini tengah menyiapkan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi potensi lonjakan penyakit musiman lainnya.

"Musim pancaroba selalu membawa tantangan tersendiri bagi dunia kesehatan. Harapannya, masyarakat bisa lebih sadar menjaga tubuh tetap fit agar tidak mudah terserang penyakit,” pungkasnya.

Editor :

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru