
MEMANGGIL.CO – Berkah datangnya idul adha, dirasakan para perajin tusuk sate di Kabupaten Tuban. Salah satunya seperti yang dirasakan pasangan suami-istri (Pasutri) Gozhali dan Marisa, perajin tusuk sate di Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban Kota, Kabupaten Tuban, Senin (12/06/2023) pagi.
Sejak sepekan terakhir, pasutri ini mengaku terus mengebut jumlah produksi tusuk sate di tengah banyaknya permintaan yang terus datang jelang hari raya kurban. Pantauan di lokasi, Gozhali bersama istrinya membuat tusuk sate dengan cara manual.
Cara tersebut memang tidak secepat mesin, karena prosesnya lebih lama dan butuh ketelatenan. Untuk menghasilkan tusuk sate, bambu harus dipotong kecil menggunakan gergaji.
Setelah itu dipotong lagi menjadi beberapa bagian menggunakan parang atau bendo. Proses selanjutnya yaitu bambu dihaluskan dan diruncingkan. Sebelum diambil para tengkulak dan pembeli, bakal tusuk sate masih harus dijemur selama sehari penuh untuk menghindari jamuran.
Menurut Ghozali, saat ini permintaan tusuk sate meningkat 50 persen dibanding hari biasanya. Jika biasanya dalam sehari ia hanya menjual 50 ikat tusuk sate, kini dirinya terus mengebut produksinya hingga bisa menjual 80 ikat tusuk sate.
“Sejak seminggu ini permintaan untuk idul adha sudah banyak. Makanya saya dan istri terus membuat tusuk sate sebanyak mungkin untuk menyelesaikan pesanan itu,” terangnya saat ditemui di kediamannya.
Lanjut Ghozali, per ikat tusuk sate berisi sekitar 100 biji tusuk sate. Sementara satu ikat tusuk sate dijual dengan harga Rp.1.500.
“Untuk pemasarannya masih di dalam Kabupaten Tuban. Dijual ke Pasar Kecamatan Palang, Tuban Kota, Jenu, dan Merakurak. Ada juga yang langsung datang ke rumah,” imbuh pria 36 tahun ini.
Selain Ghozali bersama istrinya, di Kelurahan Perbon ada puluhan keluarga yang juga menggantungkan hidupnya menjadi perajin tusuk sate. Datangnya hari raya kurban, menjadi berkah bagi mereka karena banyaknya pesanan tusuk sate.