MEMANGGIL.CO - Tumpeng adalah sajian nasi berbentuk kerucut yang sering menjadi pusat perhatian di berbagai acara penting lengkap dengan aneka lauk-pauk yang mengelilinginya.
Tak hanya sedap dipandang dan disantap, tumpeng ternyata penuh dengan makna filosofis yang dalam, menjadikannya lebih dari sekadar hidangan.
Setiap elemen yang ada pada tumpeng menyimpan pesan tentang kehidupan, harapan, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun.
Biasanya, tumpeng ditata di atas tampah, yaitu wadah bulat dari anyaman bambu yang dialasi daun pisang untuk memberi aroma alami. Jika di masa dulu tumpeng dibentuk dengan kukusan bambu berbentuk kerucut, sekarang sudah banyak yang menggunakan cetakan logam.
Bentuk kerucut ini ternyata bukan tanpa alasan, ia menyerupai gunung yang dalam budaya Jawa dianggap sebagai simbol kesucian.
Bagi masyarakat Jawa, gunung dipercaya sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya para leluhur dan penguasa alam semesta. Bentuk gunung ini juga melambangkan harapan agar kehidupan kita terus menanjak ke arah yang lebih baik, dan perjalanan hidup kita senantiasa mendekat kepada Sang Pencipta.
Uniknya lagi lauk-pauk yang disajikan bersama tumpeng juga punya simbol masing-masing. Ayam ingkung, misalnya, melambangkan ajakan untuk selalu bersyukur dan berzikir. Kacang panjang mengajarkan kita untuk berpikir panjang dan bijaksana dalam bertindak. Ada bawang merah sebagai lambang kebijaksanaan, cabai merah yang merepresentasikan keberanian, serta bayam yang mengingatkan kita akan pentingnya kedamaian. Telur melambangkan asal-usul manusia, sementara tauge atau kecambah adalah simbol kehidupan yang baru tumbuh.
Jadi, tumpeng bukan sekadar kuliner lezat, tetapi juga sebuah cermin dari kekayaan budaya Indonesia yang mengajarkan kebijaksanaan dalam menjalani hidup.