MEMANGGIL.CO – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Jawa Timur mengambil langkah tegas untuk memastikan arah pembangunannya tidak melenceng. Melalui forum bergengsi The 12th East Java Economic (EJAVEC) Forum 2025, kebijakan ekonomi daerah kini dirumuskan berbasis riset ilmiah dan kolaborasi strategis, meninggalkan era pengambilan keputusan berbasis intuisi semata.

Ajang yang digelar di Surabaya ini mempertemukan tiga pilar utama penggerak kemajuan ekonomi: regulator, akademisi, dan pelaku usaha. Sinergi ini digagas Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Timur, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, serta Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Surabaya.

Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim, M. Noor Nugroho, menegaskan konsistensi penyelenggaraan EJAVEC selama 12 tahun menjadi bukti bahwa kajian akademik memiliki peran nyata dalam membentuk kebijakan publik.

“Sinergi ini tidak hanya melahirkan rekomendasi, tetapi juga memperkuat legitimasi kebijakan di mata publik,” ujarnya, Rabu (12/8).

Dekan FEB Unair, Prof. Dian Agustia, menambahkan, ketepatan kebijakan sangat bergantung pada data dan analisis yang kuat.

“Kebijakan yang tepat lahir dari data yang akurat dan analisis yang tajam,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menilai posisi strategis Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara menuntut setiap kebijakan didukung kajian komprehensif.

“Kita menghadapi kompetisi regional dan global. Kajian ilmiah menjadi senjata utama kita,” ujarnya.

Dengan mengusung tema “Meningkatkan Produktivitas, Inovasi, dan Kapasitas Ekonomi Jawa Timur di Tengah Berbagai Tantangan Global”, EJAVEC 2025 diharapkan menjadi dapur gagasan yang menghasilkan rekomendasi kebijakan siap implementasi, bukan sekadar teori, demi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.