MEMANGGIL.CO - Kegigihan pak tua akhirnya berbuah manis. Perjalanan panjang yang ia tempuh dengan cangkul di tangan, peluh (keringat) di tubuh, dan doa di bibir, terbayar dengan keberhasilan anak-anaknya.
Meski dirinya tak tamat sekolah dasar, buah hatinya mampu meraih pendidikan yang layak. Anak pertamanya berhasil lulus kuliah dengan predikat baik, sebuah capaian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Baginya, melihat anaknya mengenakan toga sarjana, bagaikan menyaksikan matahari terbit setelah malam panjang yang penuh kerja keras.
Tak berhenti di situ, dua anak lainnya pun menyusul jejak sang kakak. Mereka bisa duduk di bangku kuliah meski dalam keterbatasan materi.
Bagi pak tua, hal itu sudah lebih dari cukup. Keterbatasan justru membuat semangat semakin menyala, karena ia percaya; bagi siapa pun yang menuntut ilmu, Tuhan akan selalu membuka jalan.
Namun, keberhasilan itu tidak datang dengan mudah. Ada banyak catatan perjuangan yang tidak pernah diketahui oleh keluarganya.
Pak tua memilih menyimpan semua lelah, letih, dan pedih di dalam dirinya. Ia berprinsip, keluarganya tak boleh merasakan susah. Ia sadar, tulang punggung keluarga adalah dirinya. Maka, sebisa mungkin ia ingin anak-anaknya merasakan kenyamanan, meski harus ia bayar dengan kerja keras tanpa henti.
Pak tua itu yakin, cinta kepada ilmu adalah bentuk cinta kepada kehidupan. Maka, anak-anaknya harus mendapat kesempatan yang lebih baik darinya.

Baginya, setiap keringat yang menetes adalah doa tak bersuara, setiap ayunan cangkul adalah tanda kesetiaan pada janji seorang ayah, yakni memastikan anak-anaknya bisa berjalan lebih jauh dari langkahnya.
Kerja keras itu akhirnya terbayar lunas. Senyum anak-anaknya menjadi hadiah terindah yang bisa ia genggam. Anak pertamanya, kini bergelar sarjana, sebuah gelar yang bagi dirinya ibarat bintang yang berhasil diraih dari langit.
Kedua anak lainnya tak kalah hebat, dan lagi-lagi, itu menguatkan keyakinannya bahwa keterbatasan bukanlah tembok penghalang, melainkan pintu untuk lebih giat mengetuk rahmat Tuhan.
Kisah pak tua juga menjadi pesan bagi masyarakat di sekelilingnya. Ia menunjukkan dengan sederhana, bahwa keterbatasan materi bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi. Justru dari kekurangan itulah semangat bisa tumbuh. Dan siapa pun yang menapaki jalan ilmu dengan kesungguhan, akan dimudahkan jalannya.
Dari kisahnya, kita kembali diingatkan, tak ada kerja keras yang sia-sia. Setiap langkah yang diniatkan untuk kebaikan, meski berat, sejatinya adalah kehebatan yang dikuatkan langsung oleh Sang Pencipta. Tuhan tidak pernah memberi ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.
Pak tua itu menyampaikan pesan yang begitu dalam bahwa keterbatasan bukan penghalang, melainkan tantangan untuk melangkah lebih jauh. Dan pendidikan adalah jembatan menuju terang, membuka tatanan baru yang lebih cerah, bukan hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi generasi setelahnya. (Bersambung-3)