MEMANGGIL.CO – Harapan para petani di Dukuh Temboro, Desa Sumberagung, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, pupus seketika. Tanaman jagung yang mereka rawat dengan penuh kerja keras selama berminggu-minggu kini tinggal kenangan.
Hujan deras yang turun tanpa henti selama tiga hari membuat lahan mereka tergenang air. Jagung yang sedang berbunga, bahkan ada yang mulai berbuah, tak mampu bertahan. Daun-daun yang dulu hijau segar kini layu, batang-batangnya tampak kering, sehingga satu per satu tanaman jagungnya mati.
Sutiyo (45), seorang petani Dukuh Temboro Desa Sumberagung, tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya menghadapi musibah itu. Ia masih teringat bagaimana setiap hari dirinya dan keluarga berjuang merawat 1,5 hektar lahan jagung.
Usia jagung yang dimiliki Sutiyo ada yang berumur 30 hari, ada pula yang sudah 60 hari, siap menanti panen. Namun, hujan deras menghapus semua jerih payah itu.
“Jagung kami tidak kuat menahan debit air. Padahal sudah kami sedot pakai diesel, kami buatkan saluran, tapi hujan terlalu deras. Akhirnya semua terendam, layu, lalu mati. Berat rasanya melihat tanaman yang kami rawat dengan susah payah hilang begitu saja,” ucapnya.
Kerugian yang ia tanggung tidak sedikit, untuk menggarap lahan seluas itu, Sutiyo butuh benih 15–16 kilogram, biaya pengelolaan lahan, pupuk, dan biaya perawatan yang jika ditotal mencapai lebih dari Rp10 juta. Semua modal itu kini hilang. Padahal, jika ia mampu panen penghasilan bisa mencapai Rp40 Juta.
“Seharusnya bulan depan kami sudah bisa menikmati hasil panen. Tapi kini hanya bisa pasrah. Semua usaha sia-sia,” katanya sambil wajah murung.
Musibah ini bukan hanya menimpa Sutiyo. Banyak petani lain di Dukuh Temboro yang mengalami nasib serupa. Kurang lebih 5 hektar tanaman jagung di Dukuhan ini banyak yang layu dan mati.
Di tengah cobaan ini, Sutiyo dan petani lainnya hanya bisa berharap ada perhatian dari pemerintah daerah.
“Kami mohon ada bantuan dari Pemkab atau Dinas Pertanian. Biar setidaknya bisa meringankan beban kami yang rugi besar,” harapnya.