Surabaya, MEMANGGIL.CO – Di era di mana investasi bisa dilakukan hanya dengan satu sentuhan di layar ponsel, garis pemisah antara peluang emas dan jebakan maut seringkali menjadi sangat tipis. Di tengah hiruk-pikuk transformasi digital inilah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur mengambil posisi sebagai garda terdepan dalam menjaga ketahanan finansial masyarakat.
Kamis lalu, 18 Desember 2025 di Surabaya, suasana ruang pertemuan tampak berbeda. Para pemangku kebijakan berkumpul dalam agenda
"Temu Media dan Pemangku Kepentingan Informasi Jawa Timur 2025". Fokusnya satu: bagaimana caranya agar warga Jawa Timur tidak lagi jatuh ke lubang yang sama akibat iming-iming investasi ilegal yang kian licin di dunia maya.
Literasi sebagai Perisai Utama
Kepala OJK Jawa Timur, Yunita Linda Sari, menekankan bahwa musuh utama dari investasi bodong bukanlah ketiadaan teknologi, melainkan rendahnya literasi.
Baginya, membekali masyarakat dengan pengetahuan jauh lebih efektif daripada sekadar menutup aplikasi ilegal yang terus tumbuh silih berganti.
“Di tengah derasnya arus informasi, kemampuan masyarakat membedakan informasi faktual dan hoaks sangat menentukan keamanan finansial mereka,” kata Yunita dengan nada tegas namun penuh optimisme.
Ia mengibaratkan literasi keuangan sebagai "kunci" bagi masyarakat untuk masuk ke ekosistem keuangan yang cerdas. Tanpa pemahaman yang memadai, produk keuangan yang canggih sekalipun bisa berubah menjadi ancaman bagi penggunanya.
Kolaborasi Melawan Arus Hoaks
Pertemuan tersebut bukan sekadar seremoni. Kehadiran perwakilan dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim, Komisi Informasi, hingga Dinas Kominfo Jatim menandakan adanya gerilya informasi yang masif. Mereka sepakat bahwa informasi yang akurat adalah "benteng utama" untuk melindungi harta benda masyarakat dari kerugian finansial.
Tantangan di tahun 2025 memang tidak ringan. Di saat teknologi kecerdasan buatan dan platform digital semakin maju, pelaku kejahatan finansial juga semakin piawai mengemas kebohongannya. Oleh karena itu, transparansi informasi dari otoritas menjadi obat penawar bagi ketidakpastian publik.
Harapan untuk Stabilitas Jawa Timur
Bagi OJK Jatim, tujuan akhirnya bukan sekadar angka-angka pertumbuhan ekonomi, melainkan terciptanya masyarakat yang berdaya secara finansial. Yunita percaya bahwa stabilitas pasar di Jawa Timur hanya bisa terjaga jika setiap individu memiliki kesadaran finansial yang tinggi.
“Kami berharap masyarakat Jawa Timur semakin cerdas dalam mengelola keuangan mereka dan terlindungi dari praktik investasi ilegal,” pungkasnya.
Melalui sinergi antarlembaga ini, Jawa Timur sedang mengirimkan pesan kuat ke seluruh penjuru negeri: bahwa di tengah gempuran digitalisasi, perlindungan konsumen dan edukasi tetap menjadi prioritas yang tak bisa ditawar. Sebuah komitmen untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi membawa kesejahteraan, bukan kesengsaraan bagi rakyatnya.