KH Maimoen Zubair: Ulama Kharismatik yang Mewarnai Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

MEMANGGIL.CO KH Maimoen Zubair, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Moen, merupakan salah satu ulama kharismatik yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia.

Selain mendirikan pesantren, Mbah Moen juga aktif dalam kehidupan sosial dan politik, menjadikannya figur sentral dalam pengembangan agama Islam di Tanah Air.

Baca juga: Warga Non Muslim di Rembang Wakafkan Tanah untuk Bangun Musala

Latar Belakang dan Pendidikan Awal

Lahir pada 28 Oktober 1928 di Karang Mangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Mbah Moen merupakan putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah.

Sejak kecil, Mbah Moen sudah menunjukkan minat yang mendalam terhadap ilmu agama. Ia belajar dari ayahnya, menghafal kitab-kitab dasar seperti Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, serta kitab fiqh madzhab Syafi'i seperti Fathul Qorib dan Fathul Mu'in.

Perjalanan Menimba Ilmu

Pada tahun 1945, Mbah Moen melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan KH Abdul Karim (Mbah Manaf).

Di pesantren ini, ia mendalami berbagai cabang ilmu agama, memperkaya wawasannya yang kelak menjadi bekal penting dalam perjalanan hidupnya sebagai ulama.

Pada tahun 1950, Mbah Moen berangkat ke Mekkah bersama kakeknya, KH Ahmad bin Syuaib, untuk melanjutkan studi agama.

Selama dua tahun di tanah suci, ia belajar dari ulama-ulama besar seperti Sayyid Alawi al-Maliki dan Syekh Yasin Isa al-Fadani. Pengalaman ini semakin memperkokoh keilmuan Mbah Moen di bidang agama.

Kembali ke Indonesia dan Mengamalkan Ilmu

Setelah menyelesaikan studinya di Mekkah pada tahun 1952, Mbah Moen kembali ke Indonesia.

Di tanah air, ia terus memperdalam ilmunya dengan belajar dari sejumlah ulama besar, seperti Kiai Baidlowi, Kiai Bisri Mustofa, dan Kiai Wahab Chasbullah.

Selain itu, Mbah Moen juga aktif mengajar dan membimbing santri, mengamalkan ilmu yang telah didapatkan selama bertahun-tahun belajar.

Mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar

Pada tahun 1965, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar di Sarang, Rembang. Pesantren ini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka, khususnya dalam pengajaran kitab kuning.

Pesantren Al-Anwar menjadi tujuan banyak orang tua yang ingin mendidik anak-anak mereka dalam ilmu agama.

Santri-santri lulusan pesantren ini banyak yang kemudian menjadi tokoh penting dalam berbagai bidang, terutama dalam dunia keagamaan.

Kiprah di Dunia Politik

Selain aktif dalam dunia pendidikan agama, Mbah Moen juga berperan dalam dunia politik. Pada tahun 1971, ia terpilih sebagai anggota DPR RI dan menjabat hingga tahun 1978.

Setelah itu, Mbah Moen melanjutkan karier politiknya sebagai anggota MPR RI hingga tahun 1999.

Baca juga: Pemkab Rembang Tindak Cepat Temuan Marshmallow Halal Berunsur Babi

Dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU), Mbah Moen menjabat sebagai Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Tengah, memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh penting di kalangan ulama dan politikus Islam.

Wafat dan Warisan

KH Maimoen Zubair wafat pada 6 Agustus 2019 di Mekkah, saat sedang menjalankan ibadah haji. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam di Indonesia.

Namun, warisan ilmu dan pengabdiannya kepada masyarakat terus hidup melalui ribuan santri yang pernah ia bimbing.

Mbah Moen dikenal sebagai sosok yang kharismatik dan rendah hati. Ilmunya yang mendalam serta pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan politik menjadikannya salah satu tokoh ulama terpenting dalam sejarah Indonesia.

Hingga kini, nama Mbah Moen tetap dikenang sebagai ulama besar yang berdedikasi dalam memperjuangkan kemajuan pendidikan Islam dan kehidupan masyarakat.

KH Maimoen Zubair adalah contoh teladan seorang ulama yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga berkontribusi besar dalam kehidupan sosial-politik di Indonesia.

Melalui Pondok Pesantren Al-Anwar, Mbah Moen telah mendidik banyak generasi muda yang kini menjadi tokoh-tokoh penting dalam berbagai bidang.

Warisan ilmunya akan terus hidup, menjadikannya sosok ulama yang abadi dalam sejarah Islam di Indonesia.

Penulis: Alweebee

Baca juga: Edisi Hari Kartini: Ziarah ke Makam Ageng dan Alit di Komplek Pesarean Kartini Rembang

Editor: Anwar

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru