Cegah DBD, Pemkot Bandung Gandeng Enesis Luncurkan Program “3M Plus Mengoles”


program kolaboratif “3M Plus Mengoles” . Foto: hms.

MEMANGGIL.CO - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggandeng Enesis Group dalam sebuah gebrakan baru untuk melawan demam berdarah dengue (DBD).

Lewat program bertajuk “3M Plus Mengoles”, kolaborasi ini menyasar langsung ke masyarakat dengan pendekatan berbasis sanitasi lingkungan, edukasi, dan teknologi data.

Baca juga:

Program ini resmi diluncurkan Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, di Kiara Artha Park pada Rabu (2/7/2025). Tiga kecamatan jadi pilot project: Buahbatu, Rancasari, dan Coblong. Targetnya, program ini menjangkau 30.000 warga dan didukung oleh 140 kader Jumantik, tim edukator Enesis, serta para relawan.

“Belum ada satu pun brand lain yang berani langsung mengintervensi lapangan secara konkret seperti ini. Ini bukan hanya branding, ini uji dampak sosial,” kata Farhan.

Dalam program ini, lotion antinyamuk Soffell akan dibagikan secara masif ke warga sebagai pelengkap gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang). Edukasi juga dilakukan dari rumah ke rumah, sambil mencatat keberadaan jentik nyamuk.

Farhan mengakui, Bandung tengah menghadapi tantangan berat dalam kesehatan lingkungan, termasuk naiknya angka stunting, tingginya kasus tuberkulosis (TBC), dan ancaman DBD.

“Saya tidak bangga, tapi juga tidak akan menutup mata. Sanitasi lingkungan kita sedang menghadapi masalah serius. Maka setiap kolaborasi yang membawa dampak nyata akan kami dukung,” ujarnya.

Pemkot Bandung juga akan mengintegrasikan program ini dengan aplikasi pemantauan kesehatan lingkungan bernama Sempati. Aplikasi ini menjadi alat untuk mengukur efektivitas program berbasis data.

“Kita semua percaya pada angka. Jika data Sempati menunjukkan hasil yang baik, maka ini bisa menjadi model nasional. Tapi kita harus mulai dari keberanian di tingkat lokal,” lanjut Farhan.

Baca juga:

Ia juga menyinggung tantangan perlindungan data pribadi. Namun, Pemkot Bandung tetap membuka ruang kolaborasi yang transparan dengan pihak swasta, termasuk Enesis.

CEO Enesis Group, Aryo Widiwardhono, menyebut program ini bukan sekadar kampanye produk, melainkan bagian dari misi sosial perusahaan.

“Produk-produk Enesis seperti Soffell, Adem Sari, hingga Vegeta lahir dari masalah nyata yang dihadapi pendirinya sendiri. Ini bukan sekadar bisnis, ini adalah kontribusi,” katanya.

Ia mengungkapkan, inspirasi Soffell berawal dari pengalaman pribadi Ivan Chin, pendiri Enesis, yang digigit nyamuk saat pulang ke Indonesia pada akhir 1980-an.

Baca juga:

Bandung dipilih sebagai kota percontohan karena dinilai memiliki komitmen pemerintahan yang kuat, terbuka terhadap data, dan masyarakat yang aktif.

“Kalau kita sukses di Bandung, ini bisa kita bawa ke tingkat nasional. Kita bisa membuat Hari Bebas Nyamuk secara nasional, bahkan dunia bisa melihat Bandung sebagai kota contoh,” ucap Aryo.

Target program ini cukup ambisius. Selain edukasi dan intervensi langsung, Enesis membidik pencapaian 99% rumah bebas jentik.

“Target kami bukan hanya 95bas jentik, tapi menuju 99%. Dan itu hanya bisa dicapai dengan kolaborasi nyata antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,” tambah Aryo.

Editor :

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru