Blora, MEMANGGIL.CO — Suasana Desa Jiken, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, dalam beberapa hari terakhir kembali menghangat. Puluhan warga mendatangi area pabrik kalsium PT Pentawira Agraha Sakti, menyuarakan keresahan yang sudah lama mereka pendam.
Dari legalitas hingga persoalan tenaga kerja dan dampak lingkungan, berbagai keluhan kembali mencuat. Satu harapan mereka sederhana: bisa bertemu langsung dengan pemilik pabrik.
Baca juga: Sumanto Dorong Pengusaha Sound System Tingkatkan Profesionalitas dan Kolaborasi
Di tengah sorotan itu, Ketua Komisi C DPRD Blora, M. Mukhlisin atau yang akrab disapa Gus Sin, muncul dengan sebuah saran yang dianggapnya sebagai jalan paling efektif agar konflik tidak berkepanjangan.
Baginya, keresahan warga harus masuk ke jalur yang tepat agar dapat ditindaklanjuti secara jelas.
“Saya sarankan warga berkirim surat ke DPRD agar bisa dilakukan audiensi,” ungkap Gus Sin pada Memanggil.co, Selasa (18/11/2024).
Bukan tanpa alasan. Menurutnya, surat resmi dari warga akan menjadi pintu bagi DPRD untuk memanggil seluruh pihak yang memiliki kewenangan, mulai dari pemerintah daerah, manajemen pusat PT Pentawira, hingga pemilik perusahaan.
Baca juga: Seni Tradisional Bertahan: Adaptasi dan Inovasi di Era Budaya Populer
Gus Sin menilai selama ini dialog cenderung berputar pada level perwakilan lapangan yang tidak memiliki kapasitas mengambil keputusan strategis.
“Kalau yang datang hanya Raman dan kawan-kawan itu mau bagaimana? Mereka itu tidak punya keputusan apa-apa. Saya sudah pernah ketemu, ya memang tidak bisa memutuskan,” tegasnya.
Gus Sin berharap langkah administratif itu ditempuh agar pembahasan bisa dilakukan secara terbuka di forum resmi, menghadirkan pemilik kebijakan, serta menghasilkan keputusan yang jelas bagi warga maupun perusahaan.
Baca juga: Tasyakuran Brimob di Polres Blora: Mengikat Kembali Jiwa Korsa yang Tak Lekang Waktu
Sebelumnya, aksi protes warga kembali terjadi di sekitar pabrik yang lokasinya tak jauh dari rumah anggota DPRD Blora dari Fraksi Gerindra, Adiria.
Massa menyuarakan keberatan mereka mulai dari isu legalitas operasional hingga dampak lingkungan. Namun hingga kini, warga masih menunggu kesempatan untuk berbicara langsung dengan pemilik PT Pentawira, sebuah pertemuan yang mereka anggap krusial untuk mencari solusi.
Editor : Ahmad Adirin