MEMANGGIL.CO - Pernikahan Raden Ajeng Kartini dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat pada 8 November 1903 merupakan momen penting dalam sejarah hidup Kartini dan juga bagi gerakan emansipasi perempuan di Indonesia.

Pernikahan ini tidak hanya memiliki dampak personal bagi Kartini, tetapi juga secara signifikan mempengaruhi karyanya, terutama dalam konteks pendidikan dan perjuangan kesetaraan perempuan. Berikut adalah beberapa aspek penting yang menunjukkan bagaimana pernikahan ini mempengaruhi karyanya:

1. Dukungan Suami yang Berpikir Maju

Raden Adipati Djojo Adiningrat, Bupati Rembang, dikenal sebagai tokoh yang berpikiran maju dan mendukung gagasan Kartini mengenai kesetaraan perempuan. Kartini, yang saat itu telah dikenal karena pemikirannya yang progresif tentang hak-hak perempuan, menerima lamaran Raden Adipati dengan syarat-syarat khusus.

Salah satu syarat yang diajukan adalah tidak melakukan upacara mencium kaki suami saat pernikahan, yang pada masa itu merupakan tradisi umum. Hal ini mencerminkan komitmen Raden Adipati untuk menghormati pandangan Kartini, serta kesetaraan dalam hubungan mereka.

Selain itu, Raden Adipati juga mendukung gagasan Kartini untuk mendirikan sekolah bagi perempuan, yang menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan hidup Kartini. Dukungan suami yang berpikiran maju ini memberi Kartini kebebasan lebih untuk terus menjalankan misi emansipasi yang sudah ia mulai sebelum pernikahan.

2. Pendirian Sekolah untuk Perempuan di Rembang

Salah satu pencapaian terbesar Kartini setelah pernikahannya adalah pendirian sekolah perempuan di Rembang. Kartini yang sejak lama memiliki impian untuk membuka akses pendidikan bagi kaum perempuan akhirnya mewujudkan impian tersebut dengan bantuan dan dukungan dari suaminya.

Sekolah ini didirikan di rumah kediaman Kartini di Rembang dan memberikan pelajaran dasar seperti membaca, menulis, serta keterampilan praktis yang dapat membantu meningkatkan kehidupan perempuan.

Langkah mendirikan sekolah ini menunjukkan bahwa pernikahannya tidak menghambat perjuangan Kartini, tetapi justru memperkuatnya. Raden Adipati Djojo Adiningrat, dengan otoritas dan pengaruhnya sebagai bupati, memberikan Kartini ruang untuk melanjutkan misinya dan mewujudkan impian yang lebih besar bagi kaum perempuan.

3. Kesetaraan dalam Pernikahan

Pernikahan Kartini dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat juga menunjukkan kesetaraan dalam hubungan mereka, sebuah konsep yang masih sangat jarang pada masa itu. Syariat dan tradisi pernikahan feodal yang umumnya meletakkan perempuan dalam posisi subordinat berhasil dipatahkan melalui kesepakatan yang dibuat Kartini dan suaminya.

Dengan menolak beberapa tradisi yang merendahkan posisi perempuan, seperti upacara mencium kaki, Kartini dan suaminya memperlihatkan bagaimana nilai-nilai kesetaraan bisa diterapkan dalam pernikahan. Hubungan ini menjadi simbol penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan untuk dihargai setara dengan laki-laki, tidak hanya di ranah publik tetapi juga dalam kehidupan pribadi.

4. Melanjutkan Aktivisme dan Karya Setelah Pernikahan

Meskipun menikah, Kartini tidak menghentikan aktivitasnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia tetap aktif menulis surat kepada teman-temannya di Belanda, di mana ia mengungkapkan pandangannya tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan serta kritiknya terhadap sistem patriarki yang membelenggu kehidupan perempuan Jawa pada masa itu. Melalui surat-surat inilah Kartini terus menyuarakan ide-ide revolusioner mengenai kesetaraan, yang kemudian menjadi inspirasi bagi banyak perempuan di Indonesia.

Selain itu, Kartini juga berperan aktif dalam menjalankan sekolah yang ia dirikan, memberikan pengajaran langsung kepada murid-murid perempuan di Rembang. Karya-karyanya setelah menikah tetap berfokus pada pemberdayaan perempuan, dan pernikahannya dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat menjadi faktor penting yang memungkinkannya untuk terus bergerak maju dalam perjuangan tersebut.

Pernikahan R.A. Kartini dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat bukan hanya peristiwa personal dalam hidupnya, tetapi juga menjadi titik penting dalam perjuangannya untuk kesetaraan perempuan dan pendidikan. Dukungan suaminya, yang memiliki pemikiran progresif, memberikan Kartini ruang untuk terus berkarya, mendirikan sekolah, dan memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia. Dengan demikian, pernikahan ini memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa misi emansipasi Kartini tidak hanya terus berjalan, tetapi juga semakin kuat.

Warisan Kartini dalam pendidikan dan kesetaraan perempuan tetap hidup hingga saat ini, dan pernikahannya dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat adalah salah satu elemen penting yang mendukung perjuangannya.

Penulis: Alweebee

Editor: anwar