MEMANGGIL.CO - Menyikapi persaingan tarif ekspor yang semakin ketat akibat kebijakan impor dari Amerika Serikat, pemerintah Indonesia menegaskan pentingnya melakukan ekspansi pasar dalam negeri sebagai strategi penguatan ekonomi nasional.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi usai Rapat Koordinasi Terbatas di Kemenko Perekonomian, Kamis 10 April 2025.
Ada sisi positifnya juga, bahwa kita bisa memperluas pasar dalam negeri. Salah satunya lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan kegiatan-kegiatan domestik lainnya, ujar Arief dalam rilis resmi badanpangan, dikutip Jumat 11 April 2025.
Kuota Impor Dibuka Lebih Luas, Tapi Tetap Terkendali
Terkait arahan Presiden Prabowo Subianto soal pembukaan kuota impor, Arief menegaskan bahwa maksudnya bukan untuk membuka keran impor secara bebas, melainkan untuk memberi akses yang lebih luas bagi pelaku usaha dan memastikan pasokan bagi komoditas yang belum mencukupi di dalam negeri.Yang dimaksud Bapak Presiden adalah supaya jangan hanya 1-2 perusahaan saja yang dapat kuota impor. Angkanya sudah ada di Neraca Komoditas, jadi yang kurang itulah yang dibuka, bukan semuanya, jelasnya.
Ia mencontohkan kebutuhan impor pada komoditas daging ruminansia, seperti sapi dan kerbau, yang masih mengalami defisit pasokan meskipun produksi nasional ditingkatkan.
Data Neraca Pangan Nasional 2025 (Proyeksi NFA):
- Daging Ruminansia (Sapi/Kerbau):
- Stok awal tahun: 65,6 ribu ton
- Proyeksi produksi dalam negeri: 410,3 ribu ton
- Hasil pemotongan bakalan: 141,3 ribu ton
- Total ketersediaan: 617,3 ribu ton
- Kebutuhan konsumsi: 766,9 ribu ton
- Defisit: ~149,6 ribu ton
- Kedelai:
- Total ketersediaan: 392 ribu ton
- Kebutuhan konsumsi: 2,6 juta ton
- Defisit: ~2,2 juta ton
- Bawang Putih:
- Stok awal tahun: 87 ribu ton
- Produksi dalam negeri: 23 ribu ton
- Total ketersediaan: 110 ribu ton
- Kebutuhan konsumsi: 622 ribu ton
- Defisit: ~512 ribu ton
Impor Sebagai Alternatif Terakhir
Meski ada defisit pada beberapa komoditas strategis, Arief menegaskan bahwa produksi dalam negeri tetap menjadi prioritas utama. Pemerintah akan mengupayakan peningkatan produksi lokal sambil menyeimbangkan kebutuhan konsumsi nasional.Produksi dalam negeri itu nomor satu. Kalau belum mencukupi, baru dipikirkan opsi impor. Dan itu pun dipastikan tidak berdampak buruk bagi petani dan peternak lokal, ungkap Arief.
Ia juga menambahkan bahwa keseimbangan perdagangan (trade balance) menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan impor.
Kita ekspor ke negara lain, dan saat butuh impor, harus sesuai kebutuhan kita dengan tetap mendorong peningkatan produksi nasional, katanya.