MEMANGGIL.CO - Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali menjadi sorotan. Masalah yang tak kunjung usai, mulai dari overpopulasi, satwa yang sakit, hingga manajemen yang dianggap kurang profesional, memunculkan pertanyaan besar: mengapa KBS seolah tak pernah lepas dari krisis?
Singky Soewadji, Koordinator Aliansi Pencinta Satwa Liar Indonesia (APECSI), memberikan pandangannya secara lugas. Menurutnya, akar masalah terletak pada kepemimpinan.
"Kalau direkturnya enggak ngerti apa-apa, yang mengawasi juga enggak ngerti, ini jadi lingkaran setan," kata Singky ditemui usai acara Jagongan Bareng Literasi Digital, pada Jumat 5 September 2025 di Rumah Literasi Digital (RLD), Surabaya.
Singky menilai, rekrutmen direktur baru harus dilakukan dengan cermat. Menurutnya ada dua nama yang menurutnya memenuhi kriteria, yakni Awaludin, mantan Direktur Kebun Binatang Semarang, dan Heni, seorang pegawai dari KBS sendiri. Namun, Singky juga menekankan bahwa memiliki kriteria saja tidak cukup. Calon pemimpin harus memahami betul masalah di KBS dan memiliki solusi konkret.
"Dia harus bisa menjabarkan apa yang harus dia lakukan. Kalau dia enggak tahu apa-apa, lalu jadi direktur, ya sama saja seperti yang sekarang," ujar Singky.
Singky mengungkapkan, ada banyak solusi yang sebenarnya sederhana untuk diterapkan. Salah satunya adalah mengatasi overpopulasi satwa. Ia menyarankan agar satwa yang jumlahnya berlebihan bisa dimanfaatkan, dibagikan, atau bahkan disuntik mati sesuai ketentuan yang berlaku.
"Seperti harimau yang tidak bisa kawin karena satu kerabat, kirim saja ke Medan. Ambil yang dari Medan ke sini. Itu namanya pertukaran genetik. Sederhana, kan?" imbuhnya.

Ia juga menyoroti masalah permodalan. Menurutnya, jika perlu penambahan modal, itu harus berupa utang kepada Pemkot yang wajib dikembalikan, bukan dana hibah tanpa pertanggungjawaban seperti yang terjadi selama ini.
Singky juga mengkritik keras sikap Wali Kota yang sempat berjanji menutup KBS, namun hingga kini tidak ada realisasi.
Singky berharap, Pemerintah kota mau membuka diri untuk berdiskusi dengan pihak-pihak yang memahami masalah ini, seperti dirinya. Ia menyatakan kesiapannya untuk membantu sebagai pengawas atau konsultan, meskipun tidak berniat untuk menjadi direktur.
"Kalau saya diperintah sebagai pengawas atau konsultan, saya enggak bisa menolak," pungkasnya.