Blora, MEMANGGIL.CO - Proses penjemputan alat pengeboran minyak di Dusun Nglamping, Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, sempat terhenti selama tiga hari di Desa Tempellemahbang. Penundaan tersebut terjadi lantaran adanya protes warga yang mengaku dirugikan serta munculnya dugaan aliran dana kepada sejumlah pihak.

Ibnu, salah satu warga Desa Tempellemahbang, mengungkapkan bahwa aktivitas keluar-masuk truk besar menuju lokasi pengeboran dilakukan secara diam-diam tanpa adanya sosialisasi kepada masyarakat.

“Sebenarnya saya tahu ada truk besar masuk ke lorong kami beberapa bulan lalu. Kendaraan besar itu keluar-masuk menyebabkan kerugian di wilayah saya trotoar ambrol, bahkan anak saya sakit tidak sembuh-sembuh,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).

Sementara itu, penanggung jawab pengeboran dari PT SAS, Muhammad Adri Five Okto, menyampaikan bahwa pihaknya dikontrak oleh PT Banyubang Blora Energi (BBE) sejak awal September 2025 untuk melakukan pengeboran minyak di sumur BNG-7 wilayah Dusun Nglamping, Desa Bogorejo.

“Kami sudah melakukan mobilisasi alat berat dan peralatan pengeboran sejak awal September. Pengeboran di lokasi tembus di kedalaman 318 meter, dan kini pekerjaan sudah selesai. Tidak ada kendala keselamatan, hanya saja hasilnya kurang memuaskan karena minyaknya tidak keluar,” jelas Adri.

Menurutnya, biaya keseluruhan pengeboran tidak mencapai Rp100 juta.

“Saya budgeting tidak sampai Rp100 juta,” tambahnya.

Namun, saat proses mediasi antara pihak perusahaan dan warga, mencuat dugaan adanya dana senilai Rp10 juta yang disebut diberikan kepada pihak tertentu.

“Sebenarnya tidak ada, mas. Yang dimaksud itu untuk penebangan pohon dan penggantian kabel, karena memang sudah ada kesepakatan,” tegas Adri.

Adri menegaskan bahwa dana tersebut bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan bagian dari biaya operasional dan penanganan di lapangan.

Dugaan Dana Atensi untuk Aparat dan Pejabat Desa

Lebih jauh, Adri mengakui bahwa selain dana operasional tersebut, terdapat juga dana sosialisasi yang disalurkan kepada sejumlah pihak, termasuk aparat keamanan dan kepala desa setempat.

“Dana sosialisasi itu termasuk untuk Polisi, Pak Kapolres, Kepala Desa Prantaan, Kepala Desa Bogorejo, dan Kepala Desa Tempellemahbang,” sebutnya di hadapan warga.

Ia menjelaskan, proses sosialisasi dilakukan dengan sistem door to door, sesuai arahan pihak lokal yang disebut sebagai “tuan rumah.” Dalam praktiknya, dana juga disalurkan kepada unsur pemuda, aparat kecamatan, dan pihak keamanan di dua wilayah.

“Skemanya mengikuti arahan tuan rumah, door to door. Dana juga diberikan ke pemuda Tempel, pemuda Bogorejo, Prantaan, Kapolsek, Danramil, hingga kecamatan. Karena melewati dua kecamatan Bogorejo dan Jepon totalnya ada sekitar 14 orang yang menerima dana atensi,” katanya.

Adri mengungkapkan bahwa nilai dana atensi yang disalurkan berkisar Rp1 juta per orang.

“Nilainya tidak banyak, hanya ucapan terima kasih, kulo nuwun satu jutaan,” jelasnya.

Belum Ada Klarifikasi Resmi

Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak-pihak yang disebut menerima dana, termasuk aparat kepolisian maupun pemerintah desa terkait. Sementara warga masih menuntut penjelasan lebih transparan terkait kegiatan pengeboran dan dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

Situasi di lapangan kini berangsur kondusif, namun warga Desa Tempellemahbang dan Bogorejo berharap agar setiap aktivitas industri migas di wilayah mereka ke depan dilakukan secara terbuka dan melibatkan masyarakat sejak awal.