MEMANGGIL.CO - Munculnya terminal bayangan atau lahan parkir liar di sekitar kawasan Masjid Menara Kudus, akhirnya memicu serangkaian aksi protes dari Komunitas Ojek Terminal Bakalankrapyak Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Keberadaan terminal bayangan yang diprotes para tukang ojek resmi di Terminal Wisata Bakalankrapyak, yakni tempat parkir berkedok rumah makan yang berada di Jalan Museum Kretek. Lahan parkir itu disinyalir jadi penyebab utama penghasilan mereka turun, karana banyak bus peziarah tak lagi masuk terminal wisata.
Ketua Komunitas Ojek Terminal Bakalankrapyak, Ulung Suharto menyebut, keberadaan parkir liar itu sudah ada sejak pandemi Covid-19. Sayangnya, hingga saat ini seolah ada pembiaran dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus dan Dinas Perhubungan (Dishub) setempat.
Padahal keberadaan parkir liar sudah sering kita laporkan dan juga sering dirapatkan. Pada tanggal 5 Oktober 2023 juga sudah disepakati semua pihak, bahwa rumah makan boleh jadi tempat parkir tapi penurunan peziarah harus tetap di Terminal Bakalankrapyak, ujar Ulung saat ditemui di Terminal Bakalankrapyak, Senin (30/10/2023).
Namun ternyata, kata Ulung, hingga saat ini belum ada tindakan tegas dari pihak Dishub. Terbukti masih banyak bus peziarah yang parkir di rumah makan di Jalan Museum Kretek itu. Bahkan para rombongan peziarah yang naik bus itu, kemudian dinaikan angkot atau mobil shuttle ke Jalan Kiai Telingsing.
Dalam satu hari bus yang parkir di rumah makan itu bisa sampai 12 bus. Dampaknya para tukang ojek dan mereka yang mencari nafkah di Terminal Bakalankrapyak dirugikan, ungkapnya.
Ulung menambahkan, dari hasil rapat yang sudah dilaksanakan awal Oktober lalu, disepakati bahwa bus pariwisata boleh parkir di luar Terminal Bakalan Krapyak. Namun penurunan rombongan peziarah harus di Terminal Bakalan Krapyak.
Namun ternyata sampai saat ini belum ada penindakan tegas sama sekali, ternyata penurunan para peziarah dari bus tidak di sini (Terminal Bakalan Krapyak, red), keluhnya.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu anggota Komunitas Ojek Terminal Bakalan Krapyak Kudus, Andrian mengaku bahwa para tukang ojek Terminal Bakalankrapyak sempat mendatangi rumah makan tersebut untuk meminta haknya sebagai pengantar peziarah.
Sejak ada parkir liar, penghasilan kami turun drastis lebih dari 50 persen. Tidak hanya tukang ojek saja, pedagang asongan dan lainnya yang mencari nafkah di Terminal Bakalankrapyak merasa dirugikan dengan adanya parkir liar bus peziarah tersebut, terangnya.
Jika tuntutan para tukang ojek wisata Menara Kudus untuk menutup parkir liar tidak dituruti, pihak komunitas tukang ojek wisata akan melakukan demo di Pendapa Kudus atau tempat parkir ilegal itu.
[caption id="attachment_9843" align="alignnone" width="1600"] Pihak Dishub dan Satlantas Polres Kudus memfasilitasi dialog perwakilan tukang ojek Menara Kudus dan pimpinan rombongan peziarah (memanggil.co)[/caption]
Dishub Berjanji Tertibkan Parkir Liar
Sementara itu, Kepala Seksi Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kudus, Nugroho, berjanji segera menindaklanjuti keluhan ojek Menara Kudus. Nantinya, rombongan bus peziarah harus masuk ke Terminal Bakalankrapyak. Kemudian setelah itu para peziarah baru ke rumah makan yang dituju.
Tidak boleh ada penyediaan moda transportasi yang lain dari ruman makan. Rumah makan hanya sebagai rest area dan hanya sebagai tempat makan, bukan tempat penurunan penumpang, tegas Nugroho usai berdialog dengan perwakilan tukang ojek Menara Kudus dan pihak Satlantas Polres Kudus.
Nugroho mengaku Dishub segera melakukan pengawasan. Jika ditemukan angkutan kota yang melanggar trayek dan tidak mengangkut peziarah ke Terminal Bakalan Krapyak, Dishub segera melakukan tindakan tegas.
Kami sudah melakukan pembuatan Surat Keputusan (SK) sebagai dasar petunjuk teknis (juknis) penindakan. Setelah SK-nya keluar akan kita lakukan penindakan sesuai dengan apa yang ada di SK pengelolaan transportasi kawasan Menara, pungkasnya.