MEMANGGIL.CO - Pemerintah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengungkap sejarah pendirian RSUD Randublatung yang telah lama dicita-citakan oleh masyarakat Blora bagian selatan.
Menurut Kepala Dinkes Kabupaten Blora, Edi Widayat, keberadaan rumah sakit yang juga dikenal RSUD Samin Surosentiko itu merupakan aspirasi yang telah berkembang sekitar 10 tahun lalu. Masyarakat Blora selatan sangat menginginkan adanya layanan kesehatan yang memadai di wilayah mereka.
Baca juga: Jenazah Pejalan Kaki yang Tertemper KA Gumarang di Petak Jalan Kapuan Cepu Dievakuasi BPBD Blora
"Sejak lama, masyarakat Blora selatan berharap ada rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan kesehatan optimal. Harapan ini mulai dirintis dengan berpindahnya Puskesmas Randublatung yang lama ke calon lokasi rumah sakit. Itulah awal mula embrio pendirian RSUD Randublatung," terangnya saat diwawancarai Memanggil.co, ditulis Selasa (8/10/2024).
Edi Widayat menjelaskan, bahwa saat masa kepemimpinan Bupati Arief Rohman, dirinya ditunjuk sebagai Kepala Dinkes Kabupaten Blora.
Setelah mendapatkan amanat tersebut, ia bersama jajaran Dinkes Kabupaten Blora dengan dukungan penuh Bupati Arief Rohman segera menyusun rencana konkret untuk mewujudkan pendirian rumah sakit di bagian selatan Blora dalam waktu dekat.
"Jadi pendirian RSUD Randublatung ini tidak bisa lepas dari kepemimpinan Pak Arief Rohman. Waktu itu kami berupaya semaksimal mungkin untuk merealisasikan rumah sakit ini. Akhirnya kami berusaha menggunakan dana APBD, pembangunan rumah sakit ini akhirnya dapat dilakukan secara mandiri. Pada tahun 2023, pembangunan tersebut kami kebut, meskipun dimulai dari rumah sakit dengan tipe terendah, yakni tipe D," ujarnya.
Tantangan RSUD Randublatung
[caption id="attachment_18432" align="aligncenter" width="2560"]
Baca juga: Pejalan Kaki di Blora Tertemper KA Gumarang Saat Melintasi Petak Jalan Kapuan - Cepu
Dijelaskan Edi Widayat, sebagai langkah awal, Puskesmas Randublatung dialihkan menjadi puskesmas rawat jalan, yang kemudian dijadikan sebagai cikal bakal rumah sakit.
Meski begitu, ia mengakui bahwa tantangan terbesar dalam pendirian rumah sakit ini adalah keterbatasan tenaga medis, terutama dokter spesialis.
"Kami berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan minimal tenaga dokter spesialis. Setelah berupaya mati-matian, kami berhasil mendatangkan dokter spesialis dari luar daerah, yakni spesialis penyakit dalam, spesialis anak, spesialis kandungan, dan spesialis bedah. Selain itu, kami juga berhasil menambah dokter spesialis anestesi dan radiologi, sehingga kini RSUD Randublatung memiliki enam dokter spesialis," tuturnya.
Baca juga: Bupati Arief Rohman Kedatangan Bule di Kantornya, Lanjut Diajak Jelajah Blora
Edi Widayat mengakui, hingga saat ini RSUD Randublatung belum dapat bekerja sama dengan BPJS. Namun, proses untuk mencapai hal tersebut tengah berjalan. Setelah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), RSUD Randublatung kini sedang dalam tahap persiapan akreditasi.
"Pra-akreditasi kami rencanakan akan berlangsung pada Oktober ini, dan proses akreditasi penuh akan dilakukan pada akhir November. Kami berharap hasil akreditasi ini bisa menjadi dasar bagi kami untuk mengajukan kerja sama dengan BPJS. Harapan saya, pada awal tahun 2025 RSUD Randublatung sudah bisa melayani pasien BPJS," jelasnya.
Lebih lanjut, Edi Widayat menambahkan, keberadaan RSUD Randublatung diharapkan mampu menjadi solusi bagi masyarakat Blora selatan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang optimal dan berkualitas tanpa harus menempuh jarak yang jauh ke rumah sakit di pusat kota.
Editor : Redaksi