MEMANGGIL.CO – Menjelang peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober, suasana di berbagai pondok pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan mulai terasa semarak. Dari spanduk bertuliskan semangat jihad kebangsaan hingga lantunan shalawat dan latihan kirab santri, semuanya berpadu menciptakan atmosfer kebanggaan dan refleksi sejarah.
Namun, di balik kemeriahan itu, Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan. Lebih dari itu, ia merupakan momentum penghormatan terhadap peran besar para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Ribuan Muslimat dan Fatayat NU Blora ‘Guncang’ GOR Mustika Jadi Ajang Konsolidasi
Sejarah mencatat, Hari Santri ditetapkan berdasarkan fatwa “Resolusi Jihad” yang diserukan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Seruan itu menggugah semangat umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman penjajah pasca-proklamasi.
Dari pesantren-pesantren lahir barisan pejuang yang mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya NKRI.
Kini, delapan dekade lebih berselang, semangat jihad itu tidak lagi di medan perang, melainkan di arena pendidikan, teknologi, dan moral bangsa.
“Perjuangan santri bukan hanya soal masa lalu, tapi juga tentang bagaimana mereka menjaga moral, akhlak, dan jati diri di tengah derasnya arus budaya global,” ujar salah satu pengasuh pesantren di Blora, Minggu (19/10/2025)
Baca juga: Pemerintah Resmi Naikkan Gaji ASN dan PNS Melalui Perpres Nomor 79 Tahun 2025, Ini Besarannya
Penetapan Hari Santri secara resmi dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara. semenjak itu, peringatannya selalu menjadi ajang penguatan karakter kebangsaan dan cinta tanah air di lingkungan pesantren.
Tahun ini, semangat itu kembali hidup melalui beragam kegiatan—mulai dari upacara bendera, lomba-lomba bertema santri, kirab kebangsaan, hingga refleksi sejarah resolusi jihad.
Semua dirangkai dengan satu tujuan yakni meneladani semangat keikhlasan dan perjuangan tanpa pamrih.
Melalui Hari Santri 2025, diharapkan para generasi muda, terutama mahasiswa dan santri, dapat terus menyalakan api perjuangan itu.
Bahwa menjadi santri di era modern bukan hanya soal mendalami ilmu agama, tetapi juga menjadi penjaga moral, pelopor literasi digital yang beretika, dan pembangun peradaban bangsa yang berakhlak.
Karena sejatinya, semangat santri tak pernah padam, ia hanya berganti wujud, dari perjuangan bersenjata menjadi perjuangan ilmu dan akhlak.
Editor : Abdul Rohman