Advertisement

Caleg Dapil I Tri Ari Kusumawati: Hutan Luas, Blora Bisa Melebihi Jepara sebagai Kota Ukir

MEMANGGIL.CO – Calon legislatif (Caleg) daerah pemilihan I Blora, Tri Ari Kusumawati mengatakan, Kabupaten Blora bisa menjadi dan melebihi Kabupaten Jepara sebagai kota ukir. Apalagi Blora juga punya hutan yang luas sebagai bahan baku utama kesenian ukir.

“Saya yakin Blora bisa melebihi Kabupaten Jepara sebagai kota ukir,” tegasnya pada media ini, ditulis Rabu (31/05/2023).

Menurut Tri Ari, panggilannya, banyak juga hasil kehutanan bernilai tinggi. Bahan baku dengan nilai rupiah tinggi berupa kayu jati berkualitas ekspor ke manca negara.

Bahan baku seperti inilah yang ada di Kabupaten Blora, khususnya daerah pinggiran hutan, di Kecamatan Jiken dan Jepon.

“Kalau dikelola dengan manajerial yang tepat, tentu Kecamatan Jepon dan Jiken yang selama ini banyak perajin ukir, akan kian terkenal,” tandas perempuan kelahiran Kecamatan Jiken ini.

Pertanyaannya, lanjut Tri Ari, yang pertama adalah bahan bakunya tersedia. Kedua, proses pengolahannya juga harus terjaga dan berstandar. Ketiga adalah bisa mendapatkan pendampingan dari Pemerintah Kabupaten Blora, dalam hal ini Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidanginya.

Advertisement

“Tiga unsur itulah setidaknya harus terpenuhi,” paparnya.

Membangun dari Desa bukan dari Kota

Dalam penegasan lain, Tri Ari menegaskan, bahwa dalam kerangka berfikir kebanyakan orang, kadang ada punya pandang sudut berbeda. Misalnya, terkait dengan proses pembangunan itu, sebaiknya dimulai dari mana.

Menurut Tri Ari, ada orang menyebut, sebaiknya pembangunan dimulai dari kota kemudian turun ke desa. Tetapi, cara pandang seperti itu mestinya dibalik. Apalagi dengan kondisi di Kabupaten Blora yang kawasannya sebagian besar berada di desa-desa.

“Kalau sudut pandang saya, pembangunan dimulai dari desa bukan dari kota ke desa. Ini menjadi penting mengingat Kabupaten Blora itu, sebagian besar berada di desa-desa,” tandasnya berlogika.

Realitas Blora yang sebagian besar berada di desa-desa itu, harusnya jadi pertimbangan. Setidaknya bagi para pemangku kebijakan, para anggota legislative dan juga para tokoh masyarakat.

“Mesti terus kita ingatkan,” paparnya mengakhiri.

Penulis:
Redaksi
Editor:
Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *