MEMANGGIL.CO - Absennya Cawapres Gribran Rakabuming Raka saat Dialog Publik di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) pada Jumat (24/11/2023), tampaknya meninggalkan bekas yang mendalam bagi para petinggi dan kader Muhammadiyah.

Hal tersebut terungkap dalam ceramah yang disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr Abdul Muti, dalam rangkaian Milad Muhammadiyah ke 111 dan Milad Universitas Muhammadiyah Kudus ke 25. Tabliq akbar tersebut bertempat di Crystal Building UMKU Kudus, Sabtu malam (25/11/2023).

Dihadapan ribuan kader Muhammadiyah Kudus, Abdul Muti menjelaskan, bahwa sebagai bagian dari keputusan Muktamar di Surakarta, maka Muhammadiyah mengambil sikap untuk netral terkait dengan Pilpres 2024.

Netralitas itu kita sebut dengan netralitas aktif, ujar pria yang kini menjadi sorotan karena kepiawaiannya sebagai moderator Dialog Muhammadiyah yang menghadirkan pasangan Capres Cawapres di tiga kampus Muhammadiyah secara terpisah.

Abdul Muti menegaskan, Muhammadiyah membangun komunikasi yang baik dengan semua pasangan Capres dan Cawapres. Atas dasar itulah, maka PP Muhammadiyah selama tiga hari berturut-turut yakni tanggal 22, 23 dan 24 November 2023 yang lalu, mengadakan dialog publik menghadirkan tiga pasang calon pemimpin bangsa.

Alhamdulillah di Surakarta dialognya dihadiri oleh Pak Anies dan Gus Imin. Kemudian di Jakarta juga dihadiri oleh Pak Ganjar dan Pak Mahfud. Sedangkan di Surabaya dihadiri Pak Prabowo saja tanpa mas Gibran, kata Abdul Muti.

[caption id="attachment_11428" align="aligncenter" width="1080"] Rangkaian Milad Muhammadiyah ke 111 dan Milad Universitas Muhammadiyah Kudus ke 25. Tabliq akbar tersebut bertempat di Crystal Building UMKU Kudus. (memanggil.co/ist)[/caption]

Terkait ketidakhadiran Cawapres Gibran Rakabuming Raka dari pasangan nomor urut 2 bersama Prabowo Subianto, Abdul Muti mengaku sangat menyayangkannya. Tak hanya itu, banyak pihak di lingkungan Muhammadiyah bahkan disebagian besar penonton dialog public juga terkesan kecewa.

Memang sempat ada yang WA ke saya, kalau keduanya atau salah satunya nggak bisa datang sebaiknya batalkan saja acara dialognya. Namun kami di PP Muhammadiyah berprinsip kita sudah undang Pak Prabowo dan beliau mau datang, masa mau kita batalkan, terangnya.

Muti mengakui jika Cawapres Gibran masih berada di tempat yang lain, ada sejumlah pihak yang mengusulkan agar difasilitasi memakai aplikasi Zoom saja. Ia menilai hal tersebut adalah usulan yang bagus dan sebenarnya bisa dipenuhi.

Namun akhirnya Pak Prabowo bisa hadir pada diskusi. Tak mengapa hanya capresnya saja yang datang, Insha Allah bisa mempresentasikan gagasan keduanya. Luar biasa, Alhamdulillah dialog berlangsung dengan baik dan mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari berbagai kalangan, tuturnya.

Dialog public yang digelar itu, imbuh Muti, sebagai bukti bahwa Muhammadiyah ikut memikirkan kehidupan negara Indonesia di masa depan. Yakni memberikan masukan dan aspirasi kepada tiga pasangan Capres dan Cawapres dalam bentuk pertanyaan dari para panelis.

Semua capres itu kita titipi empat dokumen Muhammadiyah, yakni negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah, Indonesia berkemajuan yang merupakan hasil Sidang Tanwir di Samarinda serta dokumen isu-isu strategis kebangsaan dan kemanusiaan universal dan kemudian ditaati, sesuai hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta. Semuanya berisi pokok pikiran Muhammadiyah untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara baldatun toyyibatun warobbun Ghofur, paparnya.

Sesuai dengan khittoh dan fitrahnya, Muhammadiyah mengambil sikap tidak punya afiliasi dengan partai politik tertentu. Namun tetap memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam bidang politik dalam kehidupan kebangsaan. Salah satunya melalui sarana-sarana politik dan lembaga-lembaga negara yang sah di Indonesia.

Muhammadiyah tidak anti politik, walaupun tentu saja politik Muhammadiyah adalah politik kebangsaan bukan politik kepartaian. Silahkan memilih calon-calon legislatif yang berasal dari kalangan warga persyarikatan Muhammadiyah, pungkasnya. (**)