MEMANGGIL.CO - Makam Nyi Ageng Maloka yang terletak di Caruban, Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menjadi salah satu situs religi penting di kawasan pesisir utara Jawa.
Berikut adalah sejumlah fakta menarik mengenai sosok bersejarah ini dan peran pentingnya dalam penyebaran Islam.
Nyi Ageng Maloka, atau yang dikenal dengan nama asli Siti Chafsah dan Siti Malikun, adalah putri dari Sunan Ampel, salah satu tokoh Wali Songo.
Ia memiliki hubungan keluarga erat dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa, termasuk menjadi kakak dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat, serta saudara perempuan dari Nyai Ageng Manila, istri Sunan Kalijaga.
Dengan hubungan kekerabatan yang kuat ini, Nyi Ageng Maloka memiliki peran penting dalam memperluas ajaran Islam, khususnya di wilayah Rembang dan sekitarnya.
Nyi Ageng Maloka dinikahkan dengan Pangeran Wiranegara, putra dari Adipati Lasem Wirabadjra, yang juga berasal dari keluarga bangsawan Islam.
Setelah wafatnya sang suami pada tahun 1479, Nyi Ageng Maloka mewarisi tahta dan melanjutkan kepemimpinan Kadipaten Lasem. Di bawah kepemimpinannya, pusat pemerintahan dipindahkan dari Binangun-Bonang ke Lasem.
Selain memimpin, ia juga dikenal mendirikan Taman Sitaresmi di Caruban, sebuah taman indah yang menjadi simbol kekuatan pemerintahan dan keindahan budaya pada masa itu.
Sebagai seorang pemimpin, Nyi Ageng Maloka juga aktif dalam menyebarkan ajaran Islam, terutama kepada kaum perempuan. Banyak putri dari tokoh-tokoh agama, seperti Sunan Muria dan Sunan Kudus, yang belajar agama di bawah bimbingannya.
Bersama Sunan Bonang, ia memainkan peran penting dalam perkembangan Islam di wilayah pesisir utara Jawa, termasuk Kabupaten Rembang yang hingga kini masih memegang nilai-nilai Islam yang kuat.
Nyi Ageng Maloka meninggal pada usia 39 tahun dan dimakamkan di tepi Pantai Caruban, Desa Gedongmulyo, Lasem. Lokasi makamnya yang berada di pesisir laut tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga menyimpan nilai historis yang tinggi.
Di area makam tersebut, terdapat beberapa tokoh penting lainnya yang dimakamkan, seperti Pangeran Surowiyoto, putra Raden Patah, penguasa Demak.
Makam Nyi Ageng Maloka sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah. Selain menjadi tempat berdoa, makam ini juga menjadi simbol kekuatan spiritual dan sejarah bagi masyarakat setempat.
Bagi wisatawan religi, berkunjung ke makam ini adalah kesempatan untuk merenungkan peran perempuan dalam penyebaran agama di Indonesia.
Makam Nyi Ageng Maloka tidak hanya menjadi destinasi wisata religi, tetapi juga tempat bersejarah yang memperkaya pengetahuan tentang perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di daerah Lasem.
Dengan peran pentingnya dalam sejarah dan spiritualitas, makam ini layak menjadi tujuan ziarah bagi siapa saja yang ingin mempelajari lebih dalam tentang tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Tanah Jawa.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar