MEMANGGIL.CO Meski minim bukti tertulis tentang status administratifnya di masa Kerajaan Majapahit, Rembang memegang peran penting dalam sejarah kerajaan tersebut dan kawasan Pantai Utara Jawa.
Referensi mengenai kota ini muncul dalam berbagai catatan sejarah, termasuk dalam Kitab Negara Kertagama dan catatan para pelaut Eropa.
Kehadiran Rembang di berbagai literatur kuno menegaskan pentingnya wilayah ini sebagai kota pantai yang strategis dalam konteks perdagangan dan aktivitas ekonomi pada masa Majapahit.
Disebut dalam Kitab Negara Kertagama
Nama Rembang pertama kali disebutkan dalam Kitab Negara Kertagama, sebuah karya sastra Jawa kuno yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa kejayaan Majapahit.
Dalam Pupuh XXI, Rembang diidentifikasi sebagai salah satu kota pantai yang berada di rute perdagangan penting bersama Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon, dan Panggulan.
Meski informasi tentang struktur pemerintahan di Rembang saat itu masih minim, catatan ini menegaskan bahwa Rembang merupakan salah satu titik penting di jalur perdagangan pesisir.
Catatan Para Pelaut Eropa
Nama Rembang juga muncul dalam catatan Antonio Pigafetta, seorang pelaut Italia yang mengikuti ekspedisi Magellan pada abad ke-16.
Dalam catatannya, Pigafetta menyebut Rembang sebagai salah satu kota penting di Pantai Utara Jawa, di samping kota-kota besar seperti Majapahit, Jepara, Gresik, dan Surabaya.
Hal ini mengindikasikan bahwa Rembang memiliki peran dalam jaringan perdagangan internasional yang berkembang di wilayah Jawa pada masa itu.
Selain Pigafetta, Tome Pires, seorang pelaut Portugis yang melakukan perjalanan antara tahun 15121515, juga mencatat nama Rembang dalam catatan perjalanannya.
Dalam karyanya Suma Oriental, Pires menyebut Rembang bersama kota-kota lain seperti Cherimon (Cirebon), Losari, Tegal, Semarang, Demak, dan Tuban, yang menunjukkan pentingnya kota ini dalam perdagangan maritim pada awal abad ke-16.
Aktivitas Ekonomi Lokal: Produksi Gula Tebu
Selain dikenal sebagai kota pantai yang strategis, Rembang juga memiliki peran penting dalam produksi gula tebu. Pada tahun Syaka 1336, sekelompok masyarakat Campa dari Banjarmlati mulai bermigrasi ke Rembang dan memulai produksi gula merah.
Tradisi lokal ngRembang sakawit, yang berkaitan dengan pemangkasan tebu sebelum proses pembuatan gula, menunjukkan bahwa Rembang telah menjadi pusat aktivitas pertanian tebu sejak zaman Majapahit.
Tradisi ini mencerminkan pentingnya Rembang sebagai daerah pertanian dan perdagangan pada masa itu, memperkaya ekonomi lokal melalui produksi gula tebu.
Meskipun tidak ada bukti kuat mengenai status Rembang sebagai kerajaan independen dalam Kerajaan Majapahit, catatan dari Kitab Negara Kertagama, Pigafetta, dan Tome Pires menunjukkan bahwa Rembang merupakan salah satu kota pantai penting di Pantai Utara Jawa.
Selain menjadi pusat perdagangan, aktivitas ekonomi seperti produksi gula tebu juga menjadi bagian dari warisan budaya dan ekonomi Rembang yang tetap dikenang hingga saat ini.
Rembang dengan demikian memiliki peran penting dalam jaringan perdagangan maritim dan pertanian di masa Majapahit serta setelahnya.
Dengan latar belakang sejarah yang kaya ini, Rembang tetap menjadi bagian penting dari sejarah maritim dan ekonomi Jawa, sebuah jejak yang bertahan hingga era modern.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar