Jakarta, MEMANGGIL.CO - Badan Narkotika Nasional (BNN) akhirnya mengungkap secara rinci bagaimana operasi pengejaran buronan Interpol, Dewi Astutik, berubah menjadi salah satu perburuan lintas negara paling kompleks dan cepat sepanjang 2025. Dewi diduga terlibat dalam penyelundupan 2 ton sabu bernilai Rp 5 triliun di Kamboja angka yang disebut BNN sebagai “ancaman langsung terhadap keamanan nasional”.

Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto menegaskan bahwa operasi ini bukan hanya soal menangkap seorang buron, tetapi menghentikan pergerakan jaringan narkotika internasional yang masih aktif.

“Ini operasi presisi yang harus dilakukan dalam hitungan hari. Setiap informasi bergerak, target ikut bergerak,” ujar Suyudi dalam konferensi pers, Selasa (2/12/2025).

Awal Informasi: 17 November — ‘Sinyal’ Pertama dari Phnom Penh

Kronologi dimulai pada 17 November 2025, ketika BNN menerima informasi intelijen berlevel urgensi tinggi yang mengarah pada keberadaan Dewi di Phnom Penh.

Sinyal tersebut tidak bisa dianggap remeh: jaringan yang membekingi Dewi diketahui memiliki kemampuan memindahkan buron dalam waktu sangat cepat. BNN menyebut ini sebagai fase paling kritis, karena salah langkah intelijen akan membuat buronan kembali “hilang”.

20–25 November — Pembentukan Tim Khusus, Operasi Dikebut dalam 72 Jam

Dalam waktu kurang dari 72 jam sejak informasi diterima, Suyudi menandatangani surat perintah penangkapan dan membentuk tim gabungan lintas deputi. Mereka bekerja paralel: memverifikasi data intelijen, mengamankan legalitas internasional, serta menyiapkan dukungan dari otoritas Kamboja.

Tim diberangkatkan ke Kamboja pada 25 November 2025, menandai dimulainya operasi lintas batas resmi Indonesia.

30 November — Tim Mendarat di Phnom Penh, Persembunyian Diduga Berpindah Beberapa Kali

Tim BNN tiba di Phnom Penh pada 30 November 2025 dan langsung melakukan koordinasi intensif dengan KBRI, Kepolisian Kamboja, dan otoritas keamanan setempat.

Pada tahap ini, BNN mulai mendeteksi pola mobilitas Dewi. Data yang dihimpun menunjukkan bahwa buron tersebut tidak menetap di satu lokasi lebih dari 24 jam, memperkuat indikasi bahwa ia mendapat perlindungan dari jaringan.

Sate Pak Rizki

1 Desember, Pukul 13.39 — Penangkapan di Sihanouk Setelah Pelacakan Kendaraan

Puncak operasi terjadi pada 1 Desember 2025, tepat pukul 13.39 waktu setempat, ketika tim gabungan menandai keberadaan Dewi di dalam sebuah Toyota Prius putih di area lobi hotel di Sihanouk.

“Target berada di dalam kendaraan dan langsung kami kunci pergerakannya. Saat itu ia bersama seorang laki-laki,” terang Suyudi.

Langkah awal yang dilakukan tim adalah verifikasi biometrik dan identitas di lokasi. Hasil pencocokan memastikan bahwa perempuan tersebut adalah Dewi Astutik, buronan yang masuk dalam daftar Interpol.

BNN: Perang Narkoba Bukan Sekadar Penangkapan

Di akhir penjelasan, Suyudi menegaskan bahwa keberhasilan ini menjadi bukti bahwa perang terhadap narkoba tidak dapat dipandang hanya sebagai aspek penegakan hukum.

“Narkoba adalah isu kemanusiaan. Pengguna adalah korban yang harus direhabilitasi. Operasi seperti ini adalah bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo untuk memperkuat ketahanan bangsa,” tegasnya.

Operasi penangkapan ini sekaligus memperlihatkan kapasitas Indonesia dalam melakukan penindakan transnasional, serta menjadi sinyal bahwa buronan besar tidak lagi memiliki ruang aman meski bersembunyi di luar negeri.