MEMANGGIL.CO - Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu konsisten di jalur pendidikan. Sekolah tinggi yang berdiri awal Orde Baru tahun 1967 ini, kala itu jadi solusi salah satu kebutuhan tenaga ahli di bidang migas.
Bagi warga Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, tentu bangga dengan hadirnya sekolah perguruan tinggi tersebut. Maklum, Cepu adalah sebuah kota tingkat kecamatan yang berlokasi di ujung timur Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan berjarak 36 kilometer dari Kota Blora ini, sebagian di lintasi Sungai Bengawan Solo.
Sungai terpanjang di Pulau Jawa ini pula yang sekaligus jadi pembatas antara Provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Dengan segala keterbatasan fasilitas, Kota Cepu tumbuh merangkak dan terus berkembang.
Sejak dulu, perguruan tinggi tersebut menjadi sekolah favorit rujukan dan tujuan pendidikan para pemuda di tanah air. Betapa tidak, hampir seluruh putra-putri terbaik, dari Provinsi Aceh hingga Papua, bersekolah di PEM Akamigas Cepu.
Menjadi tujuan para mahasiswa terbaik dari seluruh tanah air, Kecamatan Cepu mengikuti perkembangannya. Dari segi geografis, Cepu kerap disebut sebagai jalur sepi. Lokasinya berada di jalur tengah menghubungkan Cepu-Surabaya, atau juga Cepu - Semarang.
Kebetulan kota kecil ini, juga dilewati jalur kereta api lintas utara yang menghubungkan Surabaya - Bojonegoro - Cepu - Semarang - Cirebon - Jakarta. Transportasi lewat kereta api jalur utara ini, tentu ekonomi menguntungkan Kota Cepu.
Bahkan, untuk memperlancar transportasi dari dan ke Cepu, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Migas dibawah Kementerian ESDM membangun Bandara di Desa Ngloram, berjarak sekitar 13 kilometer dari Kota Cepu tahun 1980-an, untuk jenis pesawat kecil.
Bisa jadi tujuannya untuk mempermudah transporasi jalur udara, termasuk di antaranya untuk pengembangan PEM Akamigas Cepu. Sayangnya, bandara khusus tersebut tidak aktif sekitar tahun 1984-an.
Perguruan Tinggi Kebanggaan Warga Cepu
Mengutip dari sejarah STEM (sebelum jadi PEM) Akamigas Cepu, awal-awal berdiri tepatnya 7 Februari 1967, sekolah kedinasan ini, kala itu membuka empat jurusan. Yaitu jurusan Eksplorasi dan Eksploitasi, jurusan Pemboran, jurusan Pengolahan dan jurusan Logistik. Sedangkan untuk rekrutmen katika itu hanya menerima 72 orang.Jadi bisa dibayangkan, betapa proses penerimaan jadi mahasiswa Akamigas Cepu, ketika itu sangat ketat. Mereka yang diterima di perguruan tinggi ini, dianggap putra-putri terbaik ketika itu.
Lokasi kampusnya, ketika itu masih berada di dekat pasar buah Jalan Ngareng, Kota Cepu. Para mahasiswa yang sebagian besar lewat beasiswa dari perusahaan minyak dan gas, bisa bertempat tinggal di asrama atau juga kos sekitar kampus.
Para mahasiswa ini bisa kos menyebar di Kampung Ketapang, Kampung Ngareng, Kampung Baru, yang jaraknya relatif dekat dengan kampus. Kehadiran mahasiswa perguruan tinggi tersebut di Kota Cepu berdampak secara ekonomi.
Sedangkan para dosennya, juga demikian. Mereka ada yang bertempat tinggal di Cepu, atau datang secara sesuai jadwal. Mereka datang dari Surabaya di antaranya dari ITS, dari UGM Yogyakarta, Jakarta bahkan dari ITB Bandung. Mereka ini ada dosen terbang yang disiplin ilmunya dibutuhkan untuk jurusan yang berkaitan dengan minyak dan gas bumi.
Moh Rozi (55), adalah warga asal Bojonegoro yang pernah mengajar di Akamigas Cepu. Pria yang pernah bekerja di beberapa perusahaan minyak ini mengaku, tenaganya dibutuhkan untuk sejumlah mata kuliah.
Jadi senang pernah mengajar di Akamigas, ujar alumni UGM Yogyakarta ini, pada suatu ketika itu.
Ada juga banyak kenangan masyarakat Cepu atas kehadiran STEM Akamigas Cepu. Salah satunya adalah Lukito (52), perempuan asal Cepu yang mendapatkan suami, mahasiswa STEM Akamigas Cepu. Perempuan empat anak, yang kini memilih tinggal di Jakarta ini mengenang masa-masa perkenalan dengan Alim, pria asal Malang.
Kenal dengan Mas, saat saya sering keluar masuk kampus STEM Akamigas karena urusan kerja. Kenal dan kemudian kami menikah, paparnya bercerita.
Tentu saja, banyak pengalaman menarik lain, dari sisi beragam. Setidaknya di masa-masa berdirinya pada awal Orde Baru hingga sekarang ini tahun 2023, banyak menorehkan sesuatu yang baik. Setidaknya untuk masyarakat di Cepu dan sekitarnya.