MEMANGGIL.CO Budaya Kaleman, tradisi syukuran khas yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh petani Desa Tireman, Kecamatan Rembang, terus dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah hasil panen.
Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan keakraban warga desa, yang menguatkan hubungan spiritual antara masyarakat petani dan Tuhan Yang Maha Esa.
Baca juga: Pemkab Rembang Tindak Cepat Temuan Marshmallow Halal Berunsur Babi
Kata "Kaleman" berasal dari Bahasa Jawa, dengan kata dasar "Kelem" yang berarti menggenang. Namun, dalam konteks budaya Kaleman, istilah ini lebih mengacu pada ungkapan syukur para petani terhadap hasil panen mereka.
Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol hubungan manusia dengan alam, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual masyarakat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap tahunnya, tradisi ini dilaksanakan pada masa tanam padi, tepatnya ketika tanaman mulai "meteng" (bunting) atau mendekati waktu berbuah.
Dalam prosesi ini, masyarakat memanjatkan doa bersama agar panen mereka menghasilkan produksi yang maksimal dan tanaman dijauhkan dari segala bencana.
Kaleman dilaksanakan di dua lokasi yang memiliki nilai sejarah dan spiritual, yakni di Sumur Omben yang terletak di RW I, dan Sumur Brumbung di RW II Desa Tireman.
Pada pagi hari, warga desa khususnya para petani berkumpul di Sumur Omben untuk melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh mbah modin, tokoh spiritual desa yang dihormati.
Setelah prosesi doa di lokasi pertama selesai, acara dilanjutkan di Sumur Brumbung dengan prosesi yang sama.
Warga yang hadir membawa "berkat," yaitu nasi beserta lauk pauk yang disiapkan sebagai bentuk ucapan syukur. Berkat ini kemudian dibagikan kepada para peserta acara sebagai simbol berbagi nikmat yang telah diterima.
Doa bersama menjadi inti dari prosesi Kaleman. Semua warga yang hadir, mulai dari petani hingga tokoh desa, mengamini setiap doa yang dipanjatkan. Hal ini memperlihatkan kuatnya ikatan spiritual dan kebersamaan masyarakat Desa Tireman.
Acara Kaleman tidak hanya sebagai bentuk tradisi syukuran panen, tetapi juga wujud komunalitas dan kepedulian antarwarga.
Budaya Kaleman sudah dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk penghargaan terhadap alam dan hasil bumi, tetapi juga berfungsi sebagai warisan budaya yang memperkaya identitas masyarakat Rembang.
Baca juga: Edisi Hari Kartini: Ziarah ke Makam Ageng dan Alit di Komplek Pesarean Kartini Rembang
Kegiatan Kaleman yang rutin dilaksanakan, terutama pada musim tanam, menjadi momentum penting dalam menjaga keberlangsungan kearifan lokal yang kaya akan nilai spiritual dan sosial.
Budaya Kaleman, Rembang, tidak hanya menjadi simbol rasa syukur para petani kepada Tuhan, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan dan kekuatan spiritual masyarakat desa.
Dengan tetap dilaksanakannya tradisi ini, masyarakat berhasil menjaga kearifan lokal yang kaya akan makna dan tetap relevan di tengah perubahan zaman.
Melalui acara syukuran ini, warga berharap agar panen padi mereka diberkahi dan dijauhkan dari segala hambatan, termasuk hama dan penyakit yang bisa mengancam keberhasilan pertanian.
Tradisi Kaleman menjadi bukti bahwa nilai-nilai lokal yang sarat makna spiritual terus hidup dan dihargai oleh masyarakat Rembang.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar
Baca juga: Petani Tuban Ditipu Oknum Polisi Rembang Rp 130 Juta dari Bisnis Minyak Mentah
Editor : Redaksi