MEMANGGIL.CO - Kenaikan tarif masuk Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang mulai berlaku 3 November 2025 menjadi bagian dari perubahan besar dalam pengelolaan wisata alam di Lombok. Melalui kebijakan baru ini, pemerintah tidak hanya menyesuaikan harga, tetapi juga memperkenalkan sistem digital terintegrasi untuk mengatur jumlah pengunjung dan menjaga kelestarian kawasan.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 17 Tahun 2025 menetapkan pembagian kelas baru untuk jalur pendakian dan wisata non-pendakian. Namun yang paling menonjol adalah penerapan sistem eRinjani, aplikasi resmi untuk semua aktivitas wisata di kawasan tersebut.

Kepala Balai TNGR, Yarman, menjelaskan bahwa digitalisasi menjadi fondasi utama pengelolaan baru Rinjani. Melalui eRinjani, wisatawan kini dapat memesan tiket, mencatat data pendaki, dan memantau kuota harian secara real time.

“Kami ingin setiap aktivitas di Rinjani berjalan terukur, aman, dan ramah lingkungan. eRinjani memungkinkan kami memantau intensitas kunjungan dan kondisi jalur pendakian secara lebih akurat,” ujar Yarman, Selasa (21/10/2025).

Kelas Jalur Ditingkatkan, Pengawasan Diperketat

Tiga jalur utama Sembalun, Senaru, dan Torean kini dikategorikan sebagai kelas 1, menandakan tingkat popularitas sekaligus tanggung jawab pengelolaan yang lebih besar. Jalur dengan tekanan wisata tinggi akan mendapatkan perhatian ekstra dalam hal pemeliharaan jalur, sistem keamanan, serta manajemen sampah.

Adapun jalur Timbanuh, Tetebatu, dan Aikberik naik ke kelas 2, sementara 21 lokasi wisata non-pendakian tetap di kelas 3.

Tarif Baru, Manfaat Lebih Luas

Penyesuaian tarif juga dibedakan berdasarkan kelas kawasan. Untuk kelas 1, wisatawan nusantara dikenai Rp50.000 per orang per hari di hari kerja dan Rp75.000 saat hari libur. Wisatawan mancanegara dikenai Rp250.000 per orang per hari.

Yarman menegaskan, kenaikan harga bukan semata untuk meningkatkan pendapatan, tetapi untuk mendukung perawatan fasilitas dan penguatan sistem konservasi.

“Setiap rupiah dari tiket akan dikembalikan ke kawasan. Kami ingin memastikan Rinjani tidak hanya indah hari ini, tapi tetap lestari untuk generasi berikutnya,” katanya.

Wisata Berkelas Dunia, Pengelolaan Berbasis Data

Dengan penerapan sistem digital dan pembagian kelas yang lebih terstruktur, Rinjani kini menuju pengelolaan berbasis data. Setiap aktivitas pendaki akan tercatat, kapasitas kawasan dipantau, dan dampak lingkungan dapat diukur secara lebih ilmiah.

Langkah ini menjadikan Gunung Rinjani sebagai salah satu contoh transformasi pengelolaan taman nasional berbasis digital pertama di Indonesia, sekaligus tonggak penting menuju ekowisata berkelanjutan.