MEMANGGIL.CO - Masyarakat Brangsong terlihat berbondong-bondong mengunjungi rumah duka orang tua korban yang ditemukan tewas mengenaskan di kebun milik warga Desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (17/10/2024) sekitar pukul 06.00 WIB.

Kabar sebelumnya, ada penemuan sesosok mayat perempuan tewas mengenaskan dengan luka sobek bagian leher dan kondisi tubuhnya setengah telanjang di dekat gubuk sekitar lokasi tersebut membuat heboh banyak orang. Diduga adalah korban pembunuhan.

Awalnya identitas korban tidak diketahui. Namun, dari identifikasi dan penyelidikan polisi, akhirnya identitas mayat tersebut diketahui, korban bernama Siti Nur Halisah berusia 19 tahun beralamat di Dukuh Gempolbapang, Desa Brangsong, Kendal.

"Kami datang karena penasaran melihat korban ditemukan meninggal dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Warga sini kenal baik sama korban. Di mata kami korban dikenal baik dan pendiam," kata Muhammad Heru Nurhidayat, salah seorang dari kerabat dan juga tetangga korban saat mengunjungi rumah duka.

Heru melanjutkan, korban semasa hidup selain dikenal dengan kepribadian yang baik, juga merupakan seorang santriwati disalah satu pesantren di Kendal.

"Kebetulan korban adalah keponakan saya dan saya mengenal baik dengan korban dan orangnya pendiam dan penurut pada orang tuanya," katanya.

Santriwati Penghafal Alquran

Heru menjelaskan, korban merupakan salah seorang santriwari yang masih aktif di salah satu pondok pesantren di Kendal.

Heru melanjutkan, lima hari sebelum kejadian, korban sedang menjalani masa liburan dari pesantren di rumahnya selama dua hari, untuk mengikuti kegiatan rutinan keluarga.

"Saya kenal baik dengan korban. Bahkan, lima hari sebelum kejadian saya yang dimintai tolong keluarga korban untuk mengantarkan korban ke pesantren tempat korban belajar agama. Yang saya tau korban berkepribadian baik dan rajin. Bahkan korban merupakan seorang hafizah (red- penghafal Al Qur'an)," ungkapnya.

Heru menceritakan bahwa jauh-jauh hari sebelum kejadian, saat korban minta di antarkan ke pesantrennya, ia mendapati kejanggalan, di mana korban yang biasanya nurut sama keluarga ketika ingin memutuskan waktu kembali ke pesantren, saat itu korban bersikukuh dihari itu juga harus kembali ke pesantren.

"Namun, dihari itu korban dengan sikap berbeda memutuskan dengan gigih ingin kembali ke pesantren di hari Sabtu malam sebelum kejadian. Meskipun keluarga sempat menyarankan untuk menunda atau mengulur waktu liburan dirumah, korban tetap bersikeras untuk minta diantarkan kembali ke pesantren tempat korban belajar," paparnya.

Heru mengaku, saat pertama mendapatkan kabar duka tersebut, dirinya mengaku mendapatkan kabar duka tersebut dari kakak perempuannya yang tak lain ialah ibu kandung korban pada Kamis siang pukul 11.00 WIB.

Meskipun, lanjut Heru, di pagi harinya pada sekitar jam 06.30 WIB, usai dirinya pulang dari kerja, dirinya sempat melihat ada postingan di medsos bahwa ada penemuan mayat perempuan. Namun, dirinya tidak terlalu menghiraukan kabar tersebut lantaran belum mengetahui persis siapa dan apa yang menimpa korban.

"Saya dapat kabar itu dari kakak saya. Sontak saya kaget jika keponakan saya meninggal dan yang ada di postingan medsos yang saya lihat sebelumnya itu adalah keponakan saya," ujarnya.

Dikenal Pendiam dan Baik

Heru mengungkapkan bahwa, sosok korban dikenalnya sebagai sosok pribadi yang baik dengan penuh pendidikan agama dari sejak kecil. Karena korban hidup dilingkungan keluarga yang agamis.

"Korban sejak kecil hidupnya di pesantren, hingga korban menjadi seorang penghafal Al Quran. Di rumahnya itu cuma kalau pas liburan dari pesantren saja. Paling 2-3 harinan liburan dirumah, kemudian berangkat lagi ke pesantren. Dan kalau dirumah juga korban juga jarang keluar rumah. Hanya berdiam di rumah saja dan menikmati masa liburan bersama keluarga," tandasnya.

Heru mengatakan bahwa korban dikenal sebagai sosok pendiam dan jarang berintaksi di luar rumah.

"Pas pulang liburan kemarin hari sebelum kejadian. Korban dirumah juga mengikuti kegiatan keluaga atau pengajian rutinan tahunan yakni tadarusan Al Qur'an bersama keluarga dan masyarakat," ungkapnya.

Namun, lanjut Heru, setelah kegiatan pengajian itu selesai, Korba meminta kepada keluaga untuk bisa diantarkan kembali ke pesantren.

"Saat mengantarkan korban ke pesantren, seperti hari biasa- biasa sebelumnya, semua terlihat biasa- biasa saja. Bahkan sesampai di pesantren dan sampai saya berpamitan untuk pulang setelah mengantarkan korban di pesantren, tidak ada firasat apapun. Semua baik- baik saja," terangnya.

Heru berharap, kasus tersebut bisa segera terungkap. Saat ini kasus ini masih dalam penanganan dan penyidikan pihak kepolisian.

Kata Orang Tua Korban

Sementara, orang tua korban, A (inisial) mengungkapkan bahwa, korban sebelum meninggal, terakhir mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren Pondok Pesantren modern Islam "Sabilurassyad" yang beralamat di Jl. Kyai H. Abdul Wahab, Bojong Glidig, Banyuurip, Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal.

Ayah korban mengaku, jika korban belajar di pesantren Sabilurassyad itu sudah ada sekitar 4 tahun lamanya.

"Sebelum kejadian saya tidak mendapatkan firasat atau pertanda apapun. Saat mengetahui anak saya ditemukan meninggal, saya syok dan kaget dicampur kesedihan yang mendalam. Anak saya itu penurut dan pendiam, saya sangat terpukul atas kejadian ini," pungkasnya.