MEMANGGIL.CO - Penurunan muka air tanah yang signifikan di Kabupaten Rembang menyebabkan peningkatan jumlah desa yang terdampak kekeringan, dengan 19 desa baru yang terkena dampaknya pada tahun 2024. Kondisi ini menambah daftar desa terdampak menjadi total 66 desa di 14 kecamatan.
Fenomena kekeringan yang berkelanjutan di Kabupaten Rembang kian memperlihatkan tantangan serius terkait penurunan muka air tanah dan dampaknya pada ketersediaan air bersih. Berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Rembang, sejumlah wilayah dengan kedalaman air tanah dangkal, sekitar 68 meter, menunjukkan kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekeringan.
Perubahan ini telah menyebabkan peningkatan jumlah desa terdampak kekeringan, dari 47 desa pada tahun sebelumnya menjadi 66 desa pada tahun 2024.
Kekeringan di Kabupaten Rembang dipicu oleh dua faktor utama: kondisi musim kemarau yang berkepanjangan dan penurunan muka air tanah. Menurut Puji Widodo, Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi BPBD Rembang, desa-desa baru yang terdampak kekeringan berada di daerah dengan kedalaman air tanah dangkal.
Penurunan permukaan air tanah disebabkan oleh penggunaan air tanah yang berlebihan, terutama untuk kebutuhan pertanian selama musim kemarau. Pengambilan air tanah yang tidak terkendali dapat mengakibatkan ketersediaan air tanah semakin menurun dan memperburuk kekeringan di tahun-tahun mendatang.
Kekeringan yang terjadi berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, terutama dalam penyediaan air bersih. BPBD Rembang telah melakukan distribusi air bersih ke desa-desa terdampak sebagai langkah sementara untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.
Kekeringan yang melanda 19 desa baru ini memaksa masyarakat untuk bergantung pada bantuan air bersih dari pemerintah, yang tentu saja memiliki keterbatasan dalam hal cakupan wilayah dan frekuensi distribusi. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kebutuhan domestik, tetapi juga mengganggu aktivitas pertanian, yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat setempat.
BPBD Rembang telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi dampak kekeringan. Distribusi air bersih dilakukan secara rutin ke desa-desa terdampak kekeringan sebagai solusi jangka pendek. Selain itu, BPBD merencanakan pengajuan bantuan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk pengeboran sumber air dalam di delapan titik yang paling parah terdampak kekeringan, di antaranya di Pancur, Kaliori, Sulang, Bulu, dan Sumber. Upaya ini diharapkan dapat menyediakan sumber air yang lebih stabil bagi masyarakat.
Kekeringan yang terjadi di Kabupaten Rembang menimbulkan tantangan besar bagi masyarakat, terutama dalam hal ketersediaan air bersih dan keberlanjutan aktivitas pertanian. Penurunan muka air tanah yang terjadi mengakibatkan semakin banyaknya desa yang rentan terhadap kekeringan setiap tahunnya.
Untuk mengatasi hal ini, selain upaya distribusi air bersih, diperlukan langkah-langkah jangka panjang yang melibatkan pengelolaan sumber daya air secara efisien, pengembangan teknologi penyimpanan air, edukasi masyarakat, serta perencanaan yang komprehensif. Dengan solusi yang tepat, diharapkan risiko kekeringan di masa depan dapat diminimalisir, sehingga kebutuhan air masyarakat di Kabupaten Rembang bisa terpenuhi dengan baik.
Penulis: Alweebee
Editor: Anwar