Blora, MEMANGGIL.CO -‎ Nama Muhammad Imfroni kini menjadi pusat perhatian publik sepak bola Blora. Penunjukannya sebagai manajer Persikaba menjelang kompetisi Desember mendatang membawa harapan baru bagi Laskar Aryo Penangsang yang tengah menata ulang arah perjalanan klub.

‎Laki laki kelahiran tahun 1983 tersebut sosoknya dianggap mampu menghadirkan energi baru, disiplin, dan kepekaan sosial dalam dunia sepak bola.

‎Imfroni bukan orang luar yang datang hanya sekadar berkarier. Ia adalah putra asli Blora.

‎“Saya lahir di Blora, sekolah juga di Blora,” tegasnya saat ditemui Memanggil.co, pada Jum'at Sore 21/11/2025.

‎Baginya, identitas daerah dan sejarah tanah kelahiran bukan sekadar cerita, namun fondasi perjuangan untuk memajukan sepak bola Blora.

‎Sejak kecil ia tumbuh dan bersekolah di wilayah Blora, termasuk menimba ilmu di SMA Negeri 1 Ngawen. Lingkungan sekolah dan pergaulannya saat itu membentuk karakter kompetitif dan mandiri.

Tidak berlebihan bila kecintaannya terhadap olahraga sudah tumbuh sejak masa remaja, bahkan sejak ia belum menyadari bahwa suatu hari akan memimpin Persikaba.

‎Saat ini ia menjabat sebagai Kepala Desa Trembulrejo, Kecamatan Ngawen. Kepemimpinannya di desa dikenal solutif, terbuka, dan komunikatif. Warga menilai dirinya sebagai pemimpin yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

‎“Ketika memimpin, saya selalu belajar bagaimana mendengar dan bekerja untuk orang banyak,” ungkapnya.

‎Namun perjalanan hidupnya juga melewati fase penting di dunia kepolisian. Pengalaman bertahun-tahun di instansi tersebut membangun ketegasan dan kedisiplinan.

‎“Disiplin itu wajib. Dan sepak bola juga butuh disiplin, baik dalam latihan maupun dalam manajemen,” tutur Imfroni menegaskan filosofi kepemimpinannya.

‎Di balik jabatan pemerintahan dan pengalaman kepolisian, olahraga tetap menjadi ruang yang sulit dilepaskan dari hidupnya. Bahkan saat bertugas jauh di luar pulau, di Nusa Tenggara Timur (NTT), ia tidak berhenti menggeluti sepak bola.

‎“Waktu di NTT saya juga buat tim dan ikut klub di sana. Sepak bola itu sudah jadi passion saya,” kenangnya.

‎Karena itu, ketika diberi kepercayaan memimpin Persikaba, ia tidak ragu dan tidak berpikir dua kali. Ia menyebut ini sebagai panggilan hati.

‎“Kalau bukan kita yang peduli dengan Persikaba, siapa lagi? Ini klub kebanggaan kita semua,” ucapnya lugas.

‎Imfroni memahami bahwa tantangan di depan sangat besar. Ia tidak menutupi kenyataan bahwa manajemen internal menjadi prioritas awal yang harus dibenahi.

‎“Tugas pertama tentu menyelesaikan masalah internal dulu. Kalau dalamnya kuat, hasil di lapangan akan mengikuti,” tegasnya.

‎Baginya, dukungan suporter adalah kunci paling penting dalam perjalanan klub. Ia menolak pola pikir bahwa suporter hanya sebagai penonton.

‎“Mohon doa restunya ya kawan-kawan suporter. Kolaborasi dan dukungan selalu kami terima,” ucapnya membuka pintu selebar-lebarnya untuk kritik dan saran.

‎Tidak hanya bicara target jangka pendek, Imfroni ingin meninggalkan jejak jangka panjang untuk Persikaba. Ia ingin klub dibangun dengan fondasi pembinaan, profesionalisme, dan sistem yang berkelanjutan.

‎“Saya tidak ingin membangun Persikaba hanya untuk satu musim. Kita harus pikir panjang,” katanya dengan penuh keseriusan.

‎Ia juga menyampaikan pesan emosional untuk masyarakat Blora dan pecinta sepak bola lokal.

‎“Persikaba ini punya kita semua. Jangan biarkan klub ini berjalan sendiri. Kalau kita bersama, kita bisa bangkit,” tutur Imfroni penuh keyakinan.

‎Kini publik menaruh harapan besar pada sosok yang lahir dari masyarakat, ditempa dengan kedisiplinan, dan dibakar oleh kecintaan pada olahraga ini. Para suporter berharap kepemimpinannya menjadi awal era baru kebanggaan sepak bola Blora.

‎Perjalanan penuh tantangan telah dimulai, tetapi satu hal menjadi jelas: Persikaba memiliki pemimpin yang tidak hanya bekerja, tetapi mencintai klub ini sepenuh hati.

Sementara kompetisi kian dekat, seluruh mata kini tertuju pada langkah-langkah nyata yang dipimpin oleh M. Imfroni dalam misi kebangkitan Laskar Aryo Penangsang.