MEMANGGIL.CO - Tahun 1980-an masih diingat oleh Siti Nur'ainun, warga pinggiran hutan, tepatnya asal Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Saat itu awal dirinya menjadi salah satu santriwati pertama Pondok Pesantren (Ponpes) Khozinatul Ulum sebelum berkembang seperti sekarang ini. Yakni, menjadi pesantren terbesar dan tersebar di Blora.
Untuk membuktikan pernyataannya itu, perempuan yang akrab disapa Bu Ainun ini kemudian menunjukkan sebuah foto lawas yang masih disimpannya.
"Ini foto saya pas masih mondok di Khozinatul Ulum. Ini ada fotonya Pak Rohim juga," kata Bu Ainun, panggilannya saat ditemui Memanggil.co di kediamannya, ditulis Rabu (21/06/2023).
Ia bercerita panjang lebar sejarah awal-awal berdirinya Ponpes Khozinatul Ulum yang diasuh oleh KH. Muhammad Ahmad Muharror Ali dan Nyai Hj. Umi Hanik.
Bu Ainun mengaku turut momong Gus Zaki (H Ahmad Zaki Fuad) dan Gus Labib (H Ahmad Labib Hilmy) saat dirinya menjadi santriwati di pesantren tersebut.
"Mbiyen kan pas lahire Gus Zaki dan Gus Labib kan kulo neng pondok. Kulo ingkang momong," ujarnya.
Tak hanya itu, perempuan kelahiran 1962 ini juga mengaku dulunya kerap kali membantu Kiai Nur Rohim (Santri pertama yang mondok di Ponpes Khozinatul Ulum) saat mencuci baju.
"Ya bajunya Pak Yai (KH Muhammad Ahmad Muharror Ali). Dulu kan Pak Rohim itu santri dari Jepara yang diajak Pak Yai ke Blora," kata Bu Ainun.
Ia juga membeberkan, kondisi awal-awal berdirinya bangunan Ponpes Khozinatul Ulum yang beralamatkan di Jl Mr Iskandar No XII/2, Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Blora Kota, belum seperti sekarang ini.
Yakni, belum ada sekat-sekat, masih los dan belum ada dapurnya. Juga tidurnya para santri-santriwati masih di lantai.
"Pertama itu masih lantai, masih belum ada kamar, masih los, belum ada dapur dan belum ada pintunya," bebernya.
Diakui Bu Ainun, hanya sekitar 3 tahunan mondok di Ponpes Khozinatul Ulum. Yang sulit dilupakannya pada masa lalu adalah saat bawa beras dari rumah, namun hilang dicuri orang.
"Saya itu pernah bawa beras, mau dimasak itu hilang. Akhirnya dikasih Pak Yai. Berasnya di karung hilang. Beras untuk anak lima itu, masak sendiri," katanya, juga mengaku tidak tahu siapa yang mencuri beras itu.
Lebih lanjut, perempuan yang kini tinggal bersama dengan dua anak laki-laki dan menantunya itu masih terkesan, saat dirinya dibimbing ngaji oleh KH Muhammad Ahmad Muharror Ali.
"Pak Yai dulu yang ngajar ngaji saya sampai Al Quran. Jus Amma ya sudah khatam. Terus biasa Quran bin nadhor. Kalau dengan Bu Nyai diajari Al Barzanji," ujar Bu Ainun.
Di waktu berbeda, santri pertama Pondok Khozinatul Ulum, Kiai Nur Rohim saat ditunjukkan foto lawasnya dari Bu Ainun mengaku, masih dingatnya juga.
"Yo ijih to dik. Kok duwi foto iki ko ngendi?," ujar kiai yang saat ini menjabat sebagai salah satu pimpinan Baznas Kabupaten Blora.
Dalam foto lawas itu, terlihat adanya sejumlah remaja laki-laki dan perempuan sedang foto bersama di depan lampu petromax yang ada di Pondok Pesantren Khozinatul Ulum pada masa lalu.
"Sebelah kananku Kang Syarkowi Gedebeg Ngawen, ngarepku pas Kang Daroji Ngawen, sebelah kirine kang Bunyamin Robayan Jepara, kirinya, Mbak Ruqayyah, kirinya Mbak kita Ainun, sebelah kanan Kang Daroji, Mas Yusuf Puledagel Jepon, liyane lali," kata Kiai Nur Rohim, mengakhiri.