MEMANGGIL- Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar menegaskan pentingnya membangun ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan melalui kolaborasi produktif antara pemerintah, pesantren, lembaga sosial, hingga dunia usaha.
"Perjalanan pemberdayaan masyarakat desa selama lebih dari satu dekade sejak berdirinya Kementerian Desa harus terus dievaluasi agar memberi manfaat nyata," kata Menko Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, saat meresmikan Kawasan Widuri, di Desa Wonosari, Pegandon, Rabu (17/09/2025).
Baca juga: Jangkau Kalagan Akademisi, OJK Gencarkan Edukasi Literasi Keuangan dan Pasar Modal
Menurut Cak Imin, Kawasan Widuri Wisata Edukasi, Investasi, dan Inspirasi ini harus diperkuat melalui dukungan negara dan mitra non-pemerintah. Pondok pesantren disebutnya sebagai salah satu pusat kemandirian ekonomi yang bisa diduplikasi di seluruh Indonesia.
“Ruh pesantren sejak dulu adalah berdiri di atas kaki sendiri. Itu harus kita rawat agar bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi baru di desa," tandasnya.
Cak Imin berharap, acara di Kawasan Widuri ini diharapkan menjadi pemicu lahirnya model pemberdayaan desa yang lebih terintegrasi. Jika 1001 titik pemberdayaan bisa kita hidupkan, maka akan lahir kekuatan baru yang membawa kesejahteraan bagi bangsa.
"Setiap rupiah APBN harus memiliki dimensi pemberdayaan. Kalau ini terwujud, pembangunan nasional akan berdampak luas dan berkelanjutan," ujarnya.
Cak Imin juga mengajak seluruh pihak untuk menjadikan desa sebagai pusat solusi ekonomi nasional, di tengah tantangan pengangguran dan deindustrialisasi. “Kalau kolaborasi ini berjalan, desa tidak lagi hanya jadi mimpi, tapi benar-benar tumbuh menjadi kawasan ekonomi baru yang menopang Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ahmad Lutfi, melalui Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno menyampaikan bahwa, pihanya menyambut baik kunjungan Menko PM tersebut.
Baca juga: Stabilitas dan Kinerja Sektor Jasa Keuangan Jawa Timur Tetap Terjaga
Ia menilai, masalah kemiskinan, stunting, hingga anak putus sekolah, sebagian besar muncul di desa sehingga pemberdayaan berbasis kawasan menjadi kunci. “Hampir 80 persen wilayah Jawa Tengah adalah pedesaan. Maka, kalau kita ingin menyelesaikan persoalan besar, ya harus mulai dari desa,” katanya.
Sumarno menjelaskan, Pemprov Jateng kini mengembangkan konsep kawasan ekonomi berbasis potensi lokal, seperti pertanian, pariwisata, dan pangan. “Dengan basis kawasan, kekuatan ekonomi tidak akan berdiri sendiri, tetapi saling mendukung. Ini sesuai dengan spirit suakong bareng-bareng atau gotong royong ala Jawa,” ujarnya.
Sementara, Pembina Kawasan Widuri Kendal, Muhammad Makmun mengatakan, Muhammad Makmun mengatakan bahwa, Kawasan Widuri ini berdiri di atas lahan seluas 2 ha lebih. Di Kawasan Widuri Kendal ini juga ada pelatihan kemandirian ekonomi berbasis desa dengan jumlah siswa kurang lebih 1000 siswa.
"Dengan adanya dukungan pemerintah pusat tersebut dinilai sebagai langkah penting dalam memperkuat pembangunan ekonomi berbasis pertanian, peternakan, hingga distribusi dan pemasaran hasil desa. Kami merasa luar biasa mendapat support dari Pak Menko. Apa yang dilakukan di kawasan ini konsepnya terintegrasi, mulai dari produksi, pengolahan, hingga pemasaran,” terangnya.
Baca juga: Libur Panjang 17 Agustus, KAI Daop 8 Siapkan 27.558 Kursi dan Promo Tiket
Pengelola Kawasan Widuri Kendal, yang juga menjabat sebagai Anggota DPRD Kendal menyampaikan, salah satu produksi di Kawasan Widuri ini yang diprioritaskan dan yang sudah berjalan adalah Dapur MBG.
"Dapur MBG ini sejalan dengan program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Dapur ini membutuhkan pasokan bahan baku dari masyarakat sekitar, sehingga sekaligus menggerakkan roda ekonomi desa. Saat ini di Dapur MBG terdapat 50 tenaga kerja, di mana 47 orang berasal dari warga sekitar," paparnya.
Selain itu, potensi kelengkeng juga mulai dioptimalkan. Di Desa Wonosari terdapat lebih dari 2.000 pohon kelengkeng, namun selama ini belum dikelola secara maksimal.
"Dengan pendampingan komunitas Widuri, pohon-pohon tersebut diarahkan agar produktif baik dari sisi budidaya maupun pemasaran. Tidak hanya kelengkeng, kawasan ini juga mengembangkan melon premium, peternakan domba, ayam, dan lele, serta pemasaran berbasis digital. Model pengembangan yang kolaboratif ini diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa," ujarnya.
Editor : Zamroni