MEMANGGIL.CO Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora melalui Dinas Pendidikan (Disdik) berhasil mengembalikan 4.000 Anak Tidak Sekolah (ATS) ke jalur pendidikan formal. Selain itu, 1.000 ATS juga telah kembali ke sekolah melalui program pendidikan non-formal, seperti paket B dan paket C kesetaraan.
Sekretaris Disdik Blora, Nuril Huda, menjelaskan bahwa jumlah ATS di Blora sempat mencapai 6.480 anak. Melalui berbagai upaya yang dilakukan, sekitar 4.000 anak berhasil dikembalikan ke pendidikan formal, sementara 1.000 anak lainnya mengikuti program pendidikan kesetaraan.
Saat ini, masih ada sekitar 1.400 ATS yang belum kembali, sebagian besar berdomisili di luar kota. Kami terus berupaya agar mereka bisa kembali ke pendidikan formal, non-formal, atau sekolah jarak jauh, kata Nuril pada Memanggil.co, ditulis Selasa (15/10/2024)
Menurut hasil survei, penyebab tingginya jumlah ATS di Blora antara lain faktor ekonomi, jarak sekolah yang jauh, terutama bagi warga yang tinggal di pinggir hutan, serta sebagian anak yang harus bekerja membantu orang tua.
Selain itu, Nuril menambahkan, beberapa anak terpengaruh oleh lingkungan atau kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan.
Penanganan ATS di Blora Tergolong Baik
Di sisi lain, Kepala Disdik Blora, Sunaryo, menyatakan bahwa penanganan ATS di Blora tergolong baik jika dibandingkan dengan kabupaten tetangga, seperti Grobogan dan Pati.Dijelaskan, pada Mei lalu, beberapa kabupaten seperti Grobogan, Pati, dan Magelang datang untuk belajar tentang penanganan ATS di Blora.
Di Grobogan, jumlah ATS mencapai 7.500, sementara di Pati sekitar 22.000, ungkap Sunaryo.
Disdik Blora mencanangkan program "zero ATS" sebagai upaya berkelanjutan. Untuk itu, Blora telah meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Layanan Anak Tidak Sekolah (SILAT) yang mempermudah pencarian data ATS secara detail berdasarkan nama dan alamat.
Ia menuturkan, ke depan pihaknya akan melibatkan stakeholder terkait, utamanya Dinas PMD melalui pemberdayaan. Menurutnya, Dinas PMD yang paling tahu kondisi warganya.
''Kondisi yang sulit juga adalah penduduk dan warga Blora yang sudah menikah sehingga mereka tidak mudah diajak kembali ke sekolah. Namun demikian, program yang akan terus kita lakukan adalah gerakan Ayo Kembali ke Sekolah," pungkas Sunaryo.