MEMANGGIL.CO - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Blora, Yayuk Windrati, menyampaikan bahwa program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) merupakan inisiatif dari Kementerian untuk meningkatkan kapasitas kepala desa, perangkat desa, dan para penggiat desa.
Namun, tidak semua pemerintah kabupaten/ kota berani mengambil program ini meskipun telah disosialisasikan secara nasional.
Tidak semua pemkab mengambil program RPL ini meskipun sudah disosialisasikan secara menyeluruh. Hanya beberapa kabupaten saja yang berani mengambil langkah tersebut karena terkait dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan anggaran, jelas Yayuk, panggilannya pada Memanggil.co, ditulis Kamis (13/02/2025).
Menurut Yayuk, salah satu daerah yang telah sukses menerapkan program RPL adalah Kabupaten Bojonegoro. Dengan dukungan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi, Pemkab Bojonegoro mampu membiayai seluruh Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa dari perangkat desa yang mengikuti program tersebut.
Di Bojonegoro, hampir 1.000 mahasiswa S1 dan S2 dari kalangan perangkat desa dibiayai penuh oleh Pemkab untuk mengikuti program RPL, terangnya.
Sementara itu, Kabupaten Blora juga telah mengambil program RPL meskipun dengan skala subsidi yang lebih terbatas. Pemkab Blora memberikan subsidi sebesar 50% UKT kepada 264 perangkat desa yang mengikuti program ini.
Yayuk menegaskan bahwa program RPL ini sangat mendukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) para perangkat desa di Blora.
Meski hanya memberikan subsidi 50% UKT, kami sudah berupaya maksimal untuk mendorong perangkat desa dan penggiat desa agar mau ikut program RPL. Ini adalah usaha luar biasa karena mereka bisa melanjutkan pendidikan dengan bantuan setengah biaya, ungkap Yayuk.
Yayuk juga menjelaskan bahwa selama mengikuti perkuliahan, para perangkat desa harus tetap menjalankan tugas mereka sehari-hari. Meskipun kuliah dilakukan secara daring, komitmen untuk menyelesaikan studi tetap harus dijaga.
Saya baru menyadari bahwa meskipun kuliah secara online, mereka benar-benar serius mengikuti kuliah. Ketika saya mengadakan kegiatan, mereka yang RPL di Unnes itu sering meminta izin karena harus menyambi kuliah. Ini kan menunjukkan adanya etika yang baik dan perubahan pola pikir ke arah yang lebih positif, ujarnya.
Yayuk menambahkan bahwa adanya program RPL ini memberikan dampak positif dalam hal peningkatan kompetensi perangkat desa.
Menurutnya, ketika dada diskusi, perangkat desa yang mengikuti program RPL menunjukkan kemampuan berbahasa yang lebih tertata dan pemahaman yang lebih baik tentang perencanaan pembangunan desa.
Perangkat desa yang kuliah memiliki tutur kata yang lebih baik dan mereka lebih memahami materi perencanaan. Mereka bahkan bisa memberikan masukan yang relevan. Mereka mengakui bahwa selama perkuliahan juga diajarkan mengenai sikap dan etika, jelasnya.
Yayuk berharap, melalui program RPL ini, perangkat desa di Kabupaten Blora dapat mengangkat dan menyelesaikan permasalahan yang ada di desanya masing-masing sesuai dengan tujuan program RPL sendiri.