MEMANGGIL.CO - Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Blora terus berupaya mengembangkan potensi desa wisata di wilayahnya.

Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan studi banding ke Desa Suruh, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, yang terkenal dengan unit usaha warung apung di Waduk Pondok.

Bagaimana Hasilnya?

Kepala Dinas PMD Blora, Yayuk Windrati, mengatakan bahwa hasil dari studi banding tersebut akan diimplementasikan di Kabupaten Blora, terutama dalam mengoptimalkan kelembagaan desa, seperti BUMDes, Karang Taruna, dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).

Menurutnya, kolaborasi yang solid antar kelembagaan ini sangat penting dalam mengembangkan dan mengelola desa wisata yang berbasis pada potensi lokal.

Selain itu, Yayuk juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat desa dengan memaksimalkan potensi alam dan mendukung UMKM.

Salah satu contohnya adalah produksi keripik singkong yang kini sudah mulai dikelola oleh warga desa setempat sebagai usaha berbasis potensi lokal.

Harapan Dinas PMD Blora

Dinas PMD Blora juga menyoroti peran penting pemuda dan organisasi dalam mengelola desa dengan potensi alam yang melimpah.

Yayuk berharap pembentukan wadah kelembagaan, seperti Karang Taruna atau kelompok serupa, dapat membantu memaksimalkan pengelolaan desa dan mengubahnya menjadi desa wisata yang berkembang pesat.

Dengan optimalisasi potensi alam yang dimiliki, kami yakin Blora bisa memiliki lebih banyak desa wisata yang tidak hanya meningkatkan perekonomian, tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi masyarakat, ujar Yayuk.

Tambahan informasi, berdasarkan peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2010, Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Adapun, kika dipetakan menurut kemenparekraf, desa wisata memiliki empat tingkatan:

1. Desa Wisata Rintisa: Masih berupa potensi, belum memiliki produk dan belum adanya kunjungan wisatawan. Selain itu sarana dan prasarananya masih sangat terbatas, dengan tingkat kesadaran masyarakat belum tumbuh.

2. Desa Wisata Berkembang: Meski masih berupa potensi, namun sudah mulai dilirik untuk dikembangkan lebih jauh. Desa wisata berkembang juga sudah bisa menerima tamu.

3. Desa Wisata Maju: Masyarakatnya sudah sadar wisata dengan indikator sudah dapat mengelola usaha pariwiata, termasuk menggunakan dana desa untuk mengembangkan potensi pariwisata. Wilayahnya juga sudah dikunjungi banyak wisatawan, termasuk dari mancanegara.

4. Desa Wisata Mandiri: Sudah ada inovasi pariwisata dari masyarakat. Destinasi wisatanya juga sudah diakui dunia dengan sarana dan prasarana yang terstandarisasi. Selain itu pengelolaannya bersifat kolaboratif pentahelix.