MEMANGGIL.CO - Ketidakpastian harga hasil padi membuat banyak petani di Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, memilih untuk tidak berspekulasi tinggi. Adapun sebagian besar petani kini beralih dari menanam padi ke cabai.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa (Kades) Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Farid Aang Mualifi.

Kades Aang sapaan akrabnya menjelaskan bahwa sebagian besar petani di desanya lebih memilih untuk bermain aman demi melindungi aset mereka.

"Petani di sini tidak berani berspekulasi tinggi. Mereka lebih memilih untuk mengambil jalan aman agar aset pertanian mereka tetap terjaga," ujarnya, ditulis Rabu (5/3/2025).

Kades Aang menambahkan, hampir 75 persen petani di desanya meminjam modal terlebih dahulu untuk memulai bertani. Namun, mereka sangat berhati-hati, terutama saat menanam padi. Banyak petani khawatir jika harga padi turun, mereka tidak akan mampu menutupi pinjaman modal yang telah dikeluarkan.

"Hampir 75 persen petani di sini meminjam modal terlebih dahulu. Mereka khawatir kalau menanam padi, harga jualnya tidak sesuai dengan harapan, dan mereka tidak bisa mengembalikan pinjaman," tambahnya.

Beralih Menanam Cabai

Sebagai solusi atas ketidakpastian ini, banyak petani yang kini beralih menanam cabai.

Kades Aang mengungkapkan bahwa sekitar 75 persen petani yang sebelumnya menanam padi, kini memilih cabai sebagai komoditas utama mereka. Hal ini karena harga cabai yang lebih stabil dan lebih menguntungkan.

"Harga cabai sekarang cenderung stabil, berkisar antara 25 ribu hingga 40 ribu per kilogram. Ini membuat petani merasa lebih aman dan dapat meraih keuntungan lebih," jelasnya.

Tanggapan PMD Blora

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Blora, Yayuk Windrati, menanggapi fenomena peralihan petani di Desa Bogorejo.

Kami memahami kekhawatiran petani terhadap fluktuasi harga gabah yang merugikan mereka, ujarnya

Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi kami. Namun, kami juga mendorong agar petani tetap mengedepankan keberagaman dalam bertani, karena ketergantungan pada satu komoditas saja bisa berisiko tinggi, sambungnya.