MEMANGGIL.CO - Dunia digital makin ngelunjak aja nih. Setelah maraknya AI chatbot dan generator gambar, sekarang dunia lagi ramai ngomongin prompt-based AI kayak Gemini AI, yang bisa ngubah kata-kata jadi karya visual super realistis. Dari hasilnya, orang bisa jadi model, artis, bahkan pembalap tanpa perlu ke studio foto beneran.

Fenomena ini bikin banyak orang mikir, “Apakah profesi fotografer, model, bahkan studio foto bakal punah di era Society 5.0 nanti?”

Menurut beberapa pengguna AI prompt, tren ini awalnya cuma buat hiburan.

 “Awalnya cuma iseng, nyoba masukin prompt kayak ‘jadi model prewedding di pantai Bali’ terus hasilnya cakep banget. Seru sih, bisa ngerasa kayak bintang tanpa keluar duit atau keluar rumah,” ujar Gilang (19), pengguna Gemini AI asal Blora, sambil ketawa.

Namun, di balik keseruannya, teknologi ini juga punya dua sisi.

Dampak Positif

Kreativitas makin lepas: Semua orang bisa berimajinasi bebas tanpa batas biaya atau alat.

Efisiensi tinggi: Desainer, fotografer, dan konten kreator bisa bikin konsep visual dalam hitungan detik.

Akses mudah: Siapa pun bisa berekspresi, bahkan tanpa keahlian teknis.

Dampak Negatif

Ancaman profesi kreatif: Fotografer, model, dan studio bsa kehilangan pasar.

Krisis orisinalitas: Batas antara karya manusia dan mesin makin blur, rawan plagiarisme visual.

Ketergantungan digital: Orang bisa lupa sensasi “nyata” dari proses pemotretan dan interaksi manusia.

Dalam konteks era 5.0, manusia tetap punya peran unik: rasa, intuisi, dan empati  hal yang nggak bisa sepenuhnya ditiru AI. Justru, tantangan ke depan adalah gimana manusia bisa “berkolaborasi” sama mesin, bukan tergantikan olehnya.

 “AI itu kayak cermin dari ide kita. Tapi tanpa ide manusia, dia cuma layar kosong,” tambah Gilang.

Dengan tren yang terus berkembang, era 5.0 bukan soal siapa yang lebih unggul  manusia atau mesin tapi siapa yang paling bisa beradaptasiy.