MEMANGGIL.CO - Tari Jaipong adalah salah satu jenis tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Barat, yang mana tarian ini memiliki ciri khas dan gerakannya yang sangat indah. Tarian yang awalnya berkembang di Kabupaten Karawang dan Bandung itu, kini mulai dibumingkan diberbagai wilayah khususnya di Jawa Barat.

Di era milenial ini, sulit rasanya menemukan anak belia yang tertarik kebudayaan Sunda. Bahkan ada yang tinggal di tanah Sunda, namun enggan berbicara Bahasa Sunda. Parahnya lagi bahkan tidak tertarik sama sekali dengan kebudayaan dan kearifan lokal Sunda.

Tentu kondisi tersebut merupakan tantangan sendiri bagi para orang tua, yang harus memupuk rasa ketertarikan kebudayaan Sunda khususnya Tari Jaipong.

Namun tidak demikian bagi dua gadis belia, yakni Fatisa Awaliyah Ramadani (12 tahun ) dan Fazila Mahveen Humaira (5 tahun). Justru mereka makin eksis untuk melestarikan seni tradisional Tari Jaipong.

Kedua gadis belia asli kelahiran Kabupaten Garut ini, merupakan saudara atau sepupu yang sama-sama dididik oleh kedua orang tuanya. Fatisha merupakan putri dari Rifa Nizar dan Asri Purnamasari. Sedangkan Fazila Mahveen Humaira anak dari Wildan Fadilah dan Mutia Dwi Krisnawati. Dua bocah tersebut sama-sama mencintai seni tradisional jaipong.

"Iya, sejak usia empat tahun Humay sapaan dari Fazila, sudah saya arahkan mengikuti les Tari Jaipong di salah satu sanggar ternama di Kabupaten Garut yakni Galura Kencana. Sanggar ini berada di Jalan Ciledug, Kecamatan Garut Kota," ujar Mutia Dwi Krisnawati, sang Ibunda Fazila kepada memanggil.co.

Humay yang kini duduk di bangku Taman Kanak-kanak, ternyata sudah mengikuti berbagai event tari mulai dari tingkat kabupaten hingga provinsi.

Kepiawaian Fatisha dan Humay saat menari Jaipong, juga dibagikannya melalui media sosial milik keluarganya. Jemantik jarinya yang lentik dan tubuhnya yang bergoyang, menunjukan bahwa nilai seni dari tarian Jaipong ini memang harus diapresiasi dan dilestarikan.

"Rasa cinta dan ingin belajar soal Tari Jaipong pun didapatkan Tisa sapaan Fatisha yang duduk di kelas enam SD ini. Tisa juga banyak mengikuti lomba Jaipongan," kata Ibunda Tisa, Asri Purnamasari.

Meskipun sama sekali tidak memiliki basic ngibing Jaipong, namun tidak memiliki masalah ketika belajar gerakannya. Setiap kali mengikuti perlombaan, kedua gadis belia ini semakin termotivasi untuk terus melestarikan kebudayaan Sunda melalui tari. Bahkan kedua sepupu ini, sering 'manggung' terlebih selama bulan Agustus bersamaan perayaan HUT RI.